PWMU.CO-Di balik setiap ujian yang dialami manusia pasti ada hikmah yang menguntungkan. Seperti kemampuan mengatasi masalah sehingga mengangkat derajatnya atau terhindar dari malapetaka.
Hal itu disampaikan Dr M. Arfan Muammar, dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya dalam pengajian PCM Lakarsantri, Ahad (13/10/2019).
Arvan mengutip surat Al Ankabut ayat 2-3. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan, kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Menurut dia, ujian itu membuktikan keimanan sekaligus untuk menaikkan kelas seseorang. Setelah mengalami ujian dan mampu mengatasi masalahnya pasti mendapat kemudahan.
”Sesuai ayatnya inna ma’al usri yusro. Dalam kesempitan pasti ada kemudahan. Jadi kalau kita tidak pernah diuji patutlah bertanya kita belum lulus. Remidi terus,” selorohnya yang mengundang tawa hadirin.
Dia kemudian mencontohkan, dakwah Rasulullah pada tiga tahun pertama di Mekkah secara sirriyah. Ayat-ayat yang turun bercerita perjuangan nabi-nabi terdahulu. ”Kisah para nabi itu dimaksudkan untuk siap-siap menghadapi ujian dakwah Islam,” ujarnya.
Disebutkan juga sakit itu juga ujian. Mungkin karena lama melupakan Allah. ”Sakit itu bisa berarti Allah kangen dengan kita. Biasanya orang kalau sakit itu dzikir terus menerus dan selalu berdoa kepada Allah. Waktu sakit itu menjadi sangat dekat dengan Allah. Itulah hikmahnya,” katanya lagi.
Kemudian dia bercerita kisah Nabi Ya’kub. Diberi Allah sakit selama tujuh tahun. Sikap Nabi Ya’kub dengan sabar menghadapi sakitnya dengan berdzikir kepada Allah. ”Justru istrinya yang gak sabar dan geregetan. Katanya, kamu itu nabi kekasih Allah mbok minta segera disembuhkan,” cerita Ustadz Arfan.
Tapi, sambung dia, Nabi Ya’kub cuma berkata, selama ini sudah diberi kesehatan selama 70 tahun. Untuk ujian seperti ini kenapa minta kesembuhan. Saya malu, kata Nabi Ya’kub.
Untuk memperkuat penjelasannya Ustadz Arfan bercerita tentang dirinya. Lulus mondok di Pesantren Gontor, dia ingin kuliah di luar seperti teman-temannya yang kuliah di Mesir, Pakistan, Afghanistan, atau Malaysia.
”Waktu sudah mendapat beasiswa, ibunya mengatakan, selama ini saya sudah meninggalkan rumah karena mondok mosok harus pergi lagi apalagi ibunya tinggal sendirian. Akhirnya kuliah di sini saja setelah itu menjadi dosen,” tuturnya.
Sementara teman-temannya yang kuliah di luar negeri sudah lulus dan pulang bertanya kepadanya apakah ada lowongan mengajar untuknya? ”Inilah hikmahnya kenapa saya gagal kuliah di luar negeri. Karier saya naik terus sementara teman yang lulus dari luar negeri saat pulang masih cari pekerjaan,” tandasnya.
Dia kemudian membacakan suratAl Baqarah ayat 216. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal baik ia bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Di akhir ceramah dia menegaskan, orang yang menerima ujian merasa menyakitkan berarti belum paham makna ujian Allah.
”Orang yang paham kehendak Allah pasti mudah menerima musibah yang menimpanya. Allah memberi ujian bukan tanpa sebab tapi ada tujuan, hikmah. Itu yang harus dicari,” paparnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto