PWMU.CO – Almarhum Bisri Ilyas merupakan salah satu pengusaha Muslim sukses yang dimiliki Jawa Timur. Dalam bidang real estate, namanya berkibar seiring dengan kehadiran perumahan Bhakti Pertiwi (BP) Wetan dan BP Kulon, Gresik Kota Baru (GKB), serta Real Estate Wisma Waru Indah atau yang lebih dikenal Rewwin di Sidoarjo. Usahanya juga merambah dalam bidang jasa angkutan dengan “Jaya Sakti” dan “Bus Moedah”.
Mungkin tidak sedikit orang yang mengenal H Bisri hanya pada kesuksesannya semata. Dibalik semua itu, ternyata banyak ajaran al-Qur’an yang melandasinya dalam berbisnis. “Mempelajari al-Qur’an itu jangan sekedar dibaca dan dihafal. Yang lebih penting itu, isinya dimengerti dan kandungan maksudnya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” pesannya suatu saat pada tahun 2006
(Baca: Inilah Jumlah Bidang-Luas Tanah Wakaf H Bisri Ilyas dan 10 Manajemen Bisnis ala H Bisri Ilyas)
Pernah nyantri di Pondok Modern Gontor Ponorogo, alumni Madrasah Ibtidaiyyah Nahdlatul Ulama (MINU) Sukodono Gresik ini berusaha menyelaraskan usahanya selalu dalam tuntunan agama. Setidaknya, ada lima landasan Qur’ani yang dipegang hingga mengantarkannya menjadi pengusaha sukses. Sebagaimana yang ditulisnya dalam “Sukses Bisnis Petunjuk al-Qur’an”, Bisri Ilyas mengutaran 5 landasan Qur’ani dalam berwirausaha.
Pertama, berbisnia harus melalui proses yang benar. Dalam berbisnis, Haji Bisri selalu mengutamakan proses secara gradual (bertahap) dan melalui proses yang benar. Haji Bisri selalu mengingatkan agar jangan sekali-kali berbisnis dengan cara-cara instan. Misalnya, mengurangi timbangan dalam jual-beli. “Tindakan tersebut akan membuat rugi diri sendiri. Karena lambat laun pelanggan akan beralih ke penjual lain.”
(Baca: Mengenang H Bisri Ilyas, Saudagar Sukses Bermodal Kejujuran)
Pernah suatu hari seorang pedagang gula bertanya kepada Haji Bisri, “Pak Bisri, setiap saya kulakan gula 100 kg ternyata timbanganya dikurangi jadi 97 kg. Lalu, bagaimana saya menjualnya? Apa saya harus mengurangi takaran juga?” Mendengar pertanyaan itu Bisri pun dengan tegas menjawab, “Jangan! Kamu ikuti saja petunjuk Allah. Jangan sampai ngurangi timbangan, Insya Allah akan berhasil.”
Landasan yang kedua adalah fokus atau konsentrasi. Salah satu penyebab keberhasilan bisnis H Bisri adalah karena ia berhasil menguak rahasia sukses dari Surat al-Mu’minun. Dalam surat Al-Mu’minun ada kata khosyi’un yang kemudian dimaknainya sebagai sikap fokus, tekun, dan konsisten. Tidak tolah-toleh.
(Baca: Kepergian H Bisri Ilyas Semoga Tergantikan Bisri-Bisri Baru)
Dia mencontohkan beberapa penjual kopyah (songkok) di Kota Gresik. Jika dagangannya sepi, maka mereka segera beralih ke barang lain, semisal tas. Pada saat jual tas, ternyata permintaan kopyah banyak. Akhirnya mereka pun ketinggalan. “Itu adalah contoh pengusaha yang tidak tekun dan khusyu’ dalam berbisnis.”
Ketiga, membaca al-Qur’an dan menunaikan shalat dan infaq. Isi al-Qur’an, bagi Bisri, bisa dijadikan pijakan dan pedoman dalam menjalani hidup, termasuk dalam mengarungi dunia bisnis. “Al-Qur’an memberikan banyak petunjuk terkait bisnis dan usaha yang baik.”
Sementara itu, menegakkan shalat dapat membentuk diri menjadi pribadi yang berakhlakul karimah, yang tentu mempermudah untuk bekerja sama dengan orang lain. Adapun zakat dan infak, selain akan mendapat pahala dan dilipatgandakan rezeki, kegiatan itu juga akan menambah banyak relasi. “Dalam infak dan zakat, kita bisa menjaga hubungan baik dengan orang lain.”
(Baca: H Bisri Ilyas, Pengusaha Dermawan Itu Berpulang dan Mantan Rektor UMM Tersukses Ini Berbagi 5 Jurus Membesarkan Perguruan Tinggi)
Landasan yang keempat adalah, jangan sekali-kali memakan harta orang lain. Bisri berkisah, suatu hari ada sebuah koperasi di Kota Gresik mendapat bantuan berupa kain yang cukup banyak. Bantuan tersebut ditujukan untuk dibagikan kepada para anggota koperasi serta warga yang membutuhkan. Namun faktanya, kain tersebut hanya buat segelintir orang saja. Ada seseorang yang mengambil keuntungan dari bantuan tersebut.
Menurut Bisri, akibat perbuatan itu, kini kondisi oknum yang memakan hak orang lain tersebut sangat memprihatinkan. Dia dan keluarganya tidak bisa sukses dan sering mengalami kesusahan dalam hidup. “Masih banyak lagi contoh-contoh lain tentang orang yang hidupnya sengsara akibat memakan hak orang lain. Maka benar apa yang diajarkan agama kita. Memakan hak orang lain bagaikan memasukkan bara api ke dalam perut sendiri,” ujarnya.
(Baca: Memberi Tak Harap Kembali: Kisah Nyata Ketika Din Syamsuddin Bertemu Seorang Ibu di Pesawat)
Landasan Qur’ani yang kelima adalah harus jujur dalam berbisnis. Dalam berbisnis, urai Bisri, kejujuran itu sangat penting. “Dengan kejujuran, kita akan dipercaya banyak orang. Sehingga orang akan merasa nyaman jika melakukan hubungan bisnis dengan kita.”
“Jika melakukan kerja sama bisnis dengan oang lain pun, kita harus mencari yang jujur,” tambahnya lagi. Artinya, hanya orang yang jujur bisa diajak bersama-sama untuk mengembangkan usaha.
Tafsir lima landasan Qur’ani yang diwariskan oleh almarhum H Bisri Ilyas itu, tentu tetap aktual untuk diamalkan oleh kita semua. Tak salah jika keteladannya dalam berbisnis dan beramal itu, membuat umat Islam merasa kehilangan atas kewafatannya (24/6) kemarin. (ilmi)