PWMU.CO – Waktu masih menunjukkan pukul 6.30 WIB saat Rizki Anzasari SPd dan Ridha Utami Ardhianingtyas SPd tengah bersiap menyambut kedatangan siswa-siswi Play Group Tunas Aisyiyah (PGTA) Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar, Gresik.
Seperti pagi itu, Selasa (15/10/19) keduanya bersiap-siap menuju gerbang sekolah. Sebenarnya, waktu belajar di PGTA mulai pukul 7.30, namun biasanya ada beberapa siswa yang datang sejak pukul 6.30. Mereka yang datang lebih pagi biasanya mengikuti kakaknya yang sekolah di TK atau SD. “Jadi orangtua mengantarnya bebarengan,” ujar Ari, sapaan akrab Rizki Anzasari.
Tak sekadar menyambut kedatangan anak-anak, tugas Ari dan Ridha juga mendampingi sikap kemandirian dan sosial pada anak-anak ketika mereka datang. Mereka dibiasakan untuk salam, salim, dan sapa saat akan masuk ke sekolah.
Bunda yang bertugas wajib menanyakan kabar dan perasaan anak-anak saat itu. Setelahnya, mereka akan dibimbing untuk melepas sepatu dan meletakkannya pada rak yang disediakan dengan mandiri, kemudian diantar ke dalam ruangan dan diarahkan untuk meletakkan tas pada loker sesuai identitas miliknya. Loker mereka sudah ada foto dan nama diri masing-masing.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala PGTA Nurhana SSos mengatakan, pembiasaan ini sudah diterapkan sejak lama di PGTA. “Kami ingin melatih kemandirian anak-anak secara alami dan bisa menjadi kebiasaan yang baik untuk keseharian mereka,” ujarnya.
Ia menambahkan, hal yang sederhana seperti mengucap salam saat bertemu serta mengulurkan tangan untuk salim kepada orang yang lebih tua, merupakan adab baik yang perlu ditanamkan sejak usia dini.
Sapaan menanyakan kabar dan perasaan anak-anak sebelum masuk sekolah, lanjutnya, bertujuan untuk mengetahui kondisi awal mereka. “Agar ketika sudah mulai kegiatan di sekolah, guru sudah siap dengan kondisi anak-anak saat itu. Misalnya agak mual dan pusing, atau agak rewel saat mau sekolah, dan lain-lain,” paparnya.
Selain itu, kata Nurhana, pihaknya memang membiasakan anak-anak untuk bisa melepas sepatu dan kaos kaki, serta meletakkan sendiri pada tempatnya, selain melatih kemandian pada anak. “Pembiasaan ini juga merangsang gerak motorik mereka,” tegasnya.
Menurutnya, anak-anak juga belajar mengenal identitas dirinya melalui foto di masing-masing loker. “Meskipun mereka belum bisa membaca, mereka akan terbiasa mengenal huruf-huruf namanya saat meletakkan tas di tempat tersebut,” ucapnya penuh keyakinan. (*)
Kontributor Rahmi Yuliastuti. Penulis Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.