PWMU.CO–Museum Muhammadiyah di Yogyakarta akan soft launching November bulan depan. Untuk kebutuhan launching itu, sementara ada empat zona wilayah yang akan mengisi jejak perjuangan KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah di museum ini.
Empat zona itu adalah Yogyakarta, Sumatra Barat, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Masing-masing Tim Museum PWM diminta segera berburu artefak, dokumen, dan foto untuk ditampilkan.
Persiapan pengisian museum dan launching dibahas dalam pertemuan Tim Museum di Kantor PP Muhammadiyah Jl. Tengku Cik Di Tiro Yogyakarta, Sabtu (19/10/2019).
Hadir dalam pertemuan ini Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Dadang Kahmad, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Dr Muchlas, Wakil Ketua MPI Widyastuti, dan utusan tim museum daerah.
Teguh Imami dari Tim Museum PWM Jatim yang hadir di pertemuan Yogya itu menerangkan, koleksi sejarah Muhammadiyah Jawa Timur yang akan ditampilkan ada empat topik.
”Pertama, jejak kehadiran KH Ahmad Dahlan di Surabaya, Malang, dan Banyuwangi. Kedua, gerakan KH Mas Mansur di Surabaya yang merupakan embrio gerakan Muhammadiyah di Jatim. Ketiga, peran Muhammadiyah saat peristiwa 10 November,” katanya.
Tim Museum Jatim dan Pusat sudah melacak jejak itu pada Oktober 2018 lalu. Misalnya, mendatangi Masjid Plampitan Gang VIII. Masjid yang terletak di depan rumah Ruslan Abdulgani itu tahun 1920-an menjadi tempat pengajian KH Ahmad Dahlan.
Juga rumah Tjokroaminoto di Peneleh VII, Kiai Dahlan pernah singgah di situ sebelum mengisi pengajian di Plampitan VIII. Di kampung ini juga ada Toko Buku Peneleh yang pernah mencetak buku-buku KH Mas Mansur. Peninggalan Mas Mansur berupa sekolah dan rumah bisa dilihat di kampung Kalimas Udik II.
Stasiun Sumberpucung Malang juga didatangi tim museum. Di stasiun ini Kiai Dahlan pernah transit dan ketinggalan kereta. Dia ditawari menginap di rumah dinas kepala stasiun.
Teguh Imami meminta bantuan Pengurus Ranting, Cabang, Daerah atau amal usaha yang memiliki arsip masa lalu berupa foto, artefak dan peninggalan-peninggalan lainnya dapat menghubungi Tim Museum Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jatim.
“Barang-barang bersejarah itu akan diletakkan di museum dan divisualisasikan menjadi perjuangan gerakan Muhammadiyah yang dapat dilihat masyarakat seluruh Indonesia,” katanya.
Wakil Ketua MPI Pusat Widyastuti mengatakan, semua artefak dan dokumen yang dimiliki persyarikatan atau perorangan harapannya diwakafkan, bisa juga dipinjamkan ke museum. Atau dibuatkan salinan dan replikanya.
”Museum ini menjadi langkah baru bagi Muhammadiyah untuk mengenalkan semua kalangan tentang sejarakan gerakan dakwah persyarikatan ini,” katanya.
“Selama ini masyarakat hanya mengenal Muhammadiyah melalui amal usahanya. Kalau melihat sejarah masa lalu, kita akan mengenal Muhammadiyah sebagai gerakan, membantu Indonesia melawan penjajah, membantu Indonesia menjaga Indonesia” ujar Wiwid, panggilan akrabnya.
Museum ini, sambung dia, didesain untuk kalangan umum. Mulai anak-anak yang ingin belajar Muhammadiyah, para ibu-ibu, masyarakat yang berkebutuhan khusus, para milenials. ”Ada spot yang sangat instagramable, dan dengan konsep wisata,” lanjutnya. (*)
Penulis Teguh Imami Editor Sugeng Purwanto