PWMU.CO – Muhadjir Effendy dilantik menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan PMK oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Rabu (23/10/2019) siang.
Ternyata bintang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini terus bersinar di pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin. Padahal saat penyusunan Kabinet Indonesia Maju namanya hampir tak disebut. Apalagi dia juga tak diundang ke istana sebelumnya.
Ada cerita, Jokowi punya perhatian terhadap Muhadjir Effendy terjadi sekitar April 2016 lalu. Saat itu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah datang ke istana minta kesediaan Presiden Joko Widodo membuka acara Konvensi Nasional Muhammadiyah di Yogyakarta memperingati Hari Kebangkitan Nasional 2016.
Pertemuan berjalan sangat gayeng. Banyak yang diperbincangkan. Anggota PP satu persatu bicara dan ditanggapi hangat oleh Jokowi. Kecuali Prof Muhadjir yang tidak bicara. Dia cuma aktif mencatat notulen semua pembicaraan.
Ketika pertemuan hampir berakhir Jokowi bertanya kapada Muhadjir, “Apakah ada yang ingin disampaikan?” Muhadjir mengatakan, sudah cukup dari kawan-kawan. “Saya bagian mencatat saja,” kata Pria kelahiran Madiun, 29 Juli 1956.
Wakil Ketua PWM Jatim Nur Cholis Huda langsung berkomentar, “Justru sikap Anda itu memberi nilai tambah bagi Jokowi. Anda lebih suka bekerja daripada bicara.”
Tak diduga, tiga bulan kemudian, tanggal 27 Jul 2016, Muhadjir Effendy dipanggil ke istana dan dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anis Baswedan.
Muhadjir Effendy juga dikenal bersuara merdu. Bacaan Qurannya juga empuk. Begitu juga ketika menyanyi. Itu dibuktikan ketika acara pembukaan sidang Tanwir Muhammadiyah di Samarinda, 23 Mei 2014 silam.
Di acara itu Muhadjir kebagian tugas membaca Alquran. Yang dibaca surat Maryam. Ayatnya panjang. Muhadjir membaca tanpa membuka Alquran. Dia hafal di luar kepala.
Tiba-tiba listrik mati. Namun Muhadjir tetap melanjutkan qiraah. Meskipun pengeras suara mati, suara Muhadjir tetap nyaring terdengar di seluruh ruangan.
Tentang menyanyi, ini cerita tahun 2005. Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai tuan rumah Muktamar Muhammadiyah ke-45. Pembukaan Muktamar di dalam Stadion Gajayana.
Ada sejumlah acara, termasuk pentas hiburan mengundang Rhoma Irama bersama Soneta. Setelah acara resmi selesai, Muhadjir langsung berlari menuju panggung hiburan. Bergabung dengan Soneta.
Melalui MC, Muhadjir diberi kesempatan menggapai mimpinya menyanyi berduet dengan Rhoma Irama. Tanpa canggung Muhadjir melantunkan lagu Begadang.
Dia berkisah, sewaktu Pendidikan Guru Agama (PGA), dia dan teman-temannya mendirikan Orkes Melayu bernama Braga (Barito Suara Guru Agama). Dengan grup orkes ini dia mencari uang.
Muhadjir sebelumnya pernah menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi, seperti dosen FIP Universitas Negeri Malang dan dosen Pascasarjana UM Malang. Sebelum menjadi rektor UMM 2000-2016, ia menjabat PR 1 UMM tahun 1996-2000.
Istrinya Suryan Widati telah memberinya tiga anak. Muktam Roya Ajidan, Senos Haumi Hably, dan Harbantyo Ken Najjar.
Muhadjir kuliah sarjana muda Pendidikan Agama di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Malang yang kala itu filial IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Setelah itu menempuh S1bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS) di IKIP Malang. Kemudian S-2 di bidang Administrasi Publik di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
S3 bidang sosiologi politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, Surabaya. Kemudian diangkat sebagai Guru Besar pada 2015 di UMM.
Dia pernah menempuh pendidikan singkat di bidang keamanan dan pertahanan di Pentagon, Amerika Serikat dan kursus singkat pengelolaan pendidikan tinggi di Victoria University, Kanada. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto