PWMU.CO-Kahar Muzakkir merupakan ulama pejuang yang namanya disebut dalam Panitia Sembilan saat pendirian negara ini. Tapi generasi milenial tak banyak yang mengenalnya. Mungkin hanya generasi kolonial yang tahu.
Hal tersebut dikatakan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Seminar Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan dengan topik Prof KH Abdul Kahar Muzakkir, Ulama dan Pejuang Muslim.’ Seminar bertempat di Ampitheater Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (23/10/2019).
Hadir sebagai pembicara Prof Dr Haedar Nashir MSi (Ketua Umum PP Muhammadiyah), Prof Dr Azyumardi Azra MA CBE (sejarawan), Prof Jawahir Thontowi SH PhD (Ahli Hukum Internasional) dan Dr Mutiah Amini MHum (Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM).
Menurut Haedar, sebelum ikut berjuang di dalam negeri, Kahar Muzakir muda yang sekolah di Kairo menjadi relawan diplomat Indonesia di luar negeri sekitar tahun 1930.
”Selama 12 tahun Kahar muda di Kairo pada usia 24 tahun, di Mesir dan Palestina. Ia pernah tampil untuk menjadi sekretariat dalam forum kongres internasional yang memperoleh mandat dari Indonesia,” ujarnya.
“Saat itu orang studi di Timur Tengah itidak banyak. Berarti ketika dia diangkat menjadi sekretaris dalam forum internasional, untuk seorang Indonesia di Jazirah Arab, itu mesti bahasa Arabnya bagus dan juga rektualitasnya juga melampaui. Di situlah ia memperkenalkan Indonesia yang sedang berjuang untuk kemerdekaan, dan itu sangat luar biasa,” tutur Haedar.
Setelah kembali ke Indonesia, sambung dia, nama Kahar Muzakir tercatat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan (BPUPK). Kemudian masuk dalam Panitia 9 yang merumuskan dasar negara Pancasila dalam Pembukaan UUD 45 dan Piagam Jakarta.
Kahar Muzakir sosok yang kurang menonjol dibandingkan KH Agus Salim, Ali Sastro Amijoyo, atau Bung Karno. Padahal orang yang tidak menonjol seperti Kahar Muzakir ini punya kekuatan perang, intelektualitas dan integritas tinggi. ”Mungkin karena pembawaannya yang dingin, dan bersahaja,” ujarnya.
Dijelaskan, setelah merdeka beberapa hari dan beberapa bulan, Kahar Muzakir masih terus menggalang hubungan internasional dari Dunia Arab. ”Itu sungguh luar biasa. Karena itu kita ingin sampaikan sinyal kuat dari kampus UMY untuk Indonesia ada seorang Kahar Muzakir yang berperan besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia di forum internasional untuk pengakuan Indonesia sebagai negara merdeka,” tandasnya.
Haedar menyampaikan, tugas baru bagi UMY untuk menuliskan buku tentang KH Muzakkir. Agar semakin banyak khalayak yang mengenal sosok beliau sekaligus menjadi bahan pertimbangan pemerintah untuk memberikan gelar pahlawan nasional. Kahar Muzakir, sambung dia, juga sebagai pendiri Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. (*)
Penulis Affan Safani Adham Editor Sugeng Purwanto