PWMU.CO. Gebrakan awal yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Taman Pendidikan Alquran Muhammadiyah (LPTPAMU) Jawa Timur, mampu menggedor kelesuhan TPA di bawah naungan Muhammadiyah.
Seperti yang terlihat dalam Trainning of Trainner (ToT) Pembelajaran Alquran Metode Tajdied yang berlangsung 25-27 Oktober 2019 di Universitas Muhammadiyah Lamongan, disambut antusias oleh 140 calon trainer yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Mohamad Su’ud, Direktur LPTPAMU Jawa Timur menuturkan, kegiatan ini merupakan amanat rakerda Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim. “Kami diberi amanah untuk komitmen membangkitkan dan mengembangkan TPA Muhammadiyah di Jawa Timur. Segera kami berkoordinasi dengan Tajdied Center. ToT ini aksi nyata dari komitmen tersebut,” tandas pria asal Lamongan ini, Jumat (25/10/19).
Suud membeberkan banyak para praktisi dan guru ngaji yang menanyakan tentang produk Muhammadiyah di bidang pembelajaran Alquran. “Kita sudah punya metode membaca Alquran, yaitu Tajdied. Ini milik kita, produk kita, asli made in Muhammadiyah. Kalau bukan kita yang memakai, kalau bukan kita yang bangga dan mencintai, lalu siapa lagi,” tegas pria yang juga Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan.
Suud berjanji pascaacara ini, akan terus bergerak cepat mengenalkan dan mensosialisasikan Metode Tajdied, baik untuk internal maupun eksternal.
Sementara itu, Misbakhul Munir, Direktur Tajdied Center Jatim mengungkapkan di antara kelebihan Metode Tajdied adalah penekanan di rana membaca, menghapal dan memahami yang didukung dengan tiga modul: Tilawah, Tahfidz, dan Tajwid.
“Di awal-awal, Tajdied diuji coba di berbagai tempat, di antaranya para mualaf di Masjid Alfalah Surabaya dan di Pegunungan Semeru. Hasilnya sangat memuaskan,” ungkapnya.
Nah, sambungnya, kami masih terkendala oleh trainer. “Kami berharap ustadz-ustadzah siap menjadi trainer yang siap diterjunkan di seluruh daerah di Jawa Timur,” urai Ketua Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur periode 1996-1998 ini.
Nanang—panggilan keseharian—menceritakan dalam sebuah kesempatan pernah dicibir oleh seseorang bahwa orang Muhammadiyah bacaan Alquran kurang bagus. “Walaupun tidak semuanya benar, namun perlu kita buktikan bahwa anggota Muhammadiyah fasih membaca Alquran,” ungkapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.