PWMU.CO-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak umat untuk bersama-sama menjadikan Indonesia sebagai negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Hal itu disampaikan Haedar Nashir saat memberikan taushiyah dalam acara Jateng Bermunajat yang digelar di lapangan Simpang Lima Kota Semarang, Sabtu (26/10/2019) malam. Di acara ini sekaligus pembukaan Olympicad 2019 dan Gebyar Muktamar 2020.
Haedar menganjurkan, masyarakat, khususnya warga Muhammadiyah harus terus melakukan kerja membangun bangsa. Minimal dengan menyelipkan dalam doa-doanya.
”Nabi Ibrahim selain berdoa untuk dirinya, juga berdoa untuk negerinya. Maka, kita pun perlu berdoa supaya bangsa ini menjadi bangsa yang aman dan diberkahi Allah,” tandasnya.
Tapi dia mengingatkan, supaya menjadi negeri yang aman dan diberkahi, tidak cukup berdoa, perlu ikhtiar.
Menurut dia, ada empat cara dalam membangun ikhtiar. Pertama, kita harus terus menggelorakan ruh iman dan takwa. Kedua, penduduk negeri harus menjadi penduduk yang berakhlak mulia.
”Inilah misi Muhammadiyah, dan harus dimulai dari sekarang. Di era medsos, nilai-nilai luhur akhlak sering luruh. Maka penting untuk membangkitkan kembali nilai-nilai luhur akhlak dalam semua bidang kehidupan,” tutur dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Ketiga, bangsa ini akan menjadi aman dan berkah jika penduduknya berilmu. “Kita harus terus memperluas wawasan dan menambah pengetahuan. Lembaga pendidikan sebagai wujud Muhammadiyah mencerdaskan kehidupan bangsa,” jelasnya.
Keempat, bangsa ini akan aman dan berkah jika penduduknya beramal saleh. Kita harus jadi pelopor untuk terus berbuat baik. Terus memberi tanpa berharap kembali.
”In ahsantum, ahsantum li anfusikum wa in asa’tum, falaha. Perbuatan baik dan buruk akan kembali kepada dirinya. Meskipun ditutup-tutupi, hasilnya akan kembali kepada yang berbuat,” tandasnya.
Haedar juga mengulas makna munajat sebagai doa sepenuh hati kepada Allah untuk mengharapkan keridhaan, bantuan, dan ampunanNya.
“Munajat bermakna ketundukan hanya kepada Allah dan mengimplementasikan dalam kehidupan. Mempertautkan hablumminallah dengan setulus-tulusnya. Apapun yang Allah berikan, kita syukuri,” ujarnya.
“Kiai Ahmad Dahlan ketika akan memberi nama organisasi ini, beliau bermunajat kepada Allah,” ceritanya.
Nama Muhammadiyah diambil setelah mendapatkan petunjuk dari Ali Imran : 104 dan 110 yang menjadi inspirasi Kiai Dahlan.
”Warga Muhammadiyah berperan sebagai pelaku dakwah dan tajdid. Menjadi khairu ummah.” Ayat ini dalam tafsir Ibnu Kasir, kata Haedar, berbicara tentang umat Nabi Muhammad. ”Salah satu cirinya itu ummatan wasathan dan syuhada alannas.”
Dari spirit tersebut, lahirlah seluruh amal usaha Muhammadiyah di seluruh penjuru negeriini. 107 tahun Muhammadiyah merupakan bentuk penerjemahan ummatan wasathan. Beragama secara tengahan dan menggembirakan, tidak ekstrem kiri dan kanan.
Hadir dalam acara ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Taj Yasin, Ketua PWM Jateng Tafsir, Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Baedhowi, dan jajaran Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah. (*)
Editor Sugeng Purwanto