PWMU.CO – Jika Anda menembak satu bangau dari sekumpulan bangau, maka bangau-bangau itu akan habis berterbangan. Begitulah analoginya, jika Anda memarahi satu anak saja, maka satu kelas merasa dimarahi.
Tetapi jika Anda memuji satu anak, maka seluruh anak di kelas akan merasa ingin dipuji. Inilah cara memikat siswa sejak menit pertama.
Kalimat ini disampaikan oleh Muhamad Yusuf, penulis buku Memikat Siswa sejak Menit Pertama ketika mengisi acara Empowering Guru dan Karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Se-Kecamatan Waru. Acara dIgelar di Rumah Makan KOKI Kita, Jalan Letjen Sutoyo Nomor 145, Medaeng Waru, Sisdoarjo, Sabtu (26/10/19)
Yusuf menjelaskan, untuk dapat memikat siswa sejak menit pertama seorang guru harus kreatif. “Ia bisa membawa sesuatu yang tidak biasa di kelas. Sehingga siswa merasa penasaran dan muncul rasa ingin tahunya,” ujarnya.
Menurutnya, ada empat ‘M’ yang harus dilakukan guru di kelas. M pertama menarik perhatian. Mencontohkan poin itu, Yusuf membawa sebuah tas rajut penuh dengan barang. Tas itu lali dia letakkan di atas meja di samping laptopnya. Satu per satu benda di dalam tas itu ia kelaurkan. Ada sayur kangkung, labuh, mentimun, dan lainnya.
Untuk membangun komunikasi yang interaktif, ia bertanya setiap kali mengeluarkan satu jenis sayuran. “Anak-anak, sayuran apa ini?” tanya Yusuf. Serempak peserta menjawab nama jenis sayuran seperti yang dia keluarkan.
Ada yang lucu saat Yusuf mengeluarkan sayur labu. Karena ternyata tidak semua peserta menyebut sayur ini dengan nama yang sama. Asal daerah yang berbeda, membuat jawaban yang keluar juga bervariasi. Ada yang bilang waluh atau labu. Ada juga yang menyebut timun putih. Ruangan kelihatan hidup. Semua peserta ikut andil mengeluarkan pendapatnya.
Yusuf berpesan agar di langkah awal ini guru membawa media belajar yang aneh dan bervariasi. Tidak harus sayuran. “Tujuannya agar siswa penasaran. Saat siswa penasaran, guru lebih mudah membangun interaksi yang menyenangkan,” terangnya.
‘M’ kedua membangkitkan motivasi. Yusuf mengatakan, guru harus memberikan perhatian dan tampak antusias di hadapan siswa. Untuk membangkitkan motivasi belajar, guru bisa memulainya dengan cerita atau demonstrasi.
Dia mencontohkan dengan melakukan monolog. Yusuf bercerita, pagi tadi sengaja beli sayur-sayuran di pasar. “Pak guru kurang beli apa ya?” tanyaya kepada peserta.
Dia melanjutkan cerita, kalau pagi itu ia sebenarnya mau beli udang, tertapi karena pedagangnya tidak sopan. Ia diomeli karena menawar harga. Yusuf pun jengkel dan tidak jadi membeli udang.
“Cerita ini bisa digunakan untuk memulai pelajaran apa Ibu-Ibu?” tanya dia pada peserta. Dijawab dengan kompak oleh peserta, “PKn.” Menurut Yusuf, kisah ini bisa untuk Matematika, IPS, IPA dan mapel yang lain. Tinggal gurunya yang memodifikasi.
Di sinilah letak ‘M’ yang ketiga, menyampaikan tujuan. Guru bisa mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.
Ketika kelas gelap beberapa saat karena mati lampu, Yusuf tidak tinggal diam. Dia ‘menghidupkan’ kelas dengan potongan lirik lagu yang ia nyanyikan. Suara peserta yang ikut bernyanyi menjadikan kelas semakin hidup. Satu lagu ke lagu yang lain dinyanyikan sambil menunggu genset beroperasi. Karena hanya lagu nostalgia yang dinyanyikan, peserta senior saja yang ikut bernyanyi.
‘M’ keempat membuat kaitan konsep. Saat Yusuf mengeluarkan sayuran dari tas belanjanya dia bisa mengaitkannya dengan konsep pembelajaran. Bentuk sayuran bisa dikaitkan dengan pelajaran IPA. Interaksi belanjanya bisa dikaitkan dengan pelajaran IPS. Komunikasi dengan penjual udang yang kurang menyenangkan bisa dikaitkan dengan pelajaran PKn dan Al Islam.
”Jika seorang guru sudah berhasil memikat siswa sejak menit pertama, untuk selanjutnya terserah Anda,” ujar trainer pendidikan ini. (*)
Kontributor Agus Widiyanto. Editor Mohammad Nurfatoni.