PWMU.CO – Salah satu hikmah atau esensi peringatan milad Muhammadiyah adalah melakukan tahadduts bi ni’mah yaitu memperbaruhi rasa syukur kehadiarat Allah SWT.
Hal itu disampaikan Prof Dr M Din Syamsuddin MA dalam ceramah Tabligh Akbar memperingati Milad Ke-107 Muhammadiyah sekaligus Peresmian Pondok Pesantren An Nur Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Karanggeneng di SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Kabupaten Lamongan, Ahad (27/10/19).
Din mengatakan milad yang paling penting bukan peringatan, seremoni, atau upacara dari peringatan itu sendiri. Sama dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Apa Hakekat, esensi makna dan apa dari peringatan-peringatan tersebut?
Din melanjutkan, memperbaruhi rasa syukur kehadiarat Allah sesuai firman-Nya, “Wa amma bini’mati rabbika fahaddis (dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau bersyukur).”
Menurut Din, tahadduts bi ni’mah mengandung dua arti. Pertama tahadduts itu berita, maka beritakanlah, syiarkanlah bahwa Muhammadiyah sudah genap 110 Hijrah atau 107 Masehi. “Mungkin kalau ada kebaikan, orang-orang lain akan mengikutinya dan kalau ada keburukan orang tidak akan mengikutinya. Itulah tahadduts,” terang Din.
Tahadduts bin Ni’mah yang kedua mempunyai arti perbaikilah, kembangkanlah. Maka dengan peringatan milad kita tingkatkan kinerja kita. “Muhammadiyah sebelum milad sudah maju dan setelah milad harus lebih maju lagi. Itu namanya tahadduts bi ni’mah,” kata Din sambil mengutip Alquran “Lain syakartum laazidannakum.” Bersyukur, tambahnya, dalam arti kita meningkatkan yang sudah kita capai sebelumnya.
Din berpesan kepada warga Muhammadiyah dalam rangka milad ini untuk memperbaruhi rasa syukur atas segala nikmat Allah SWT, sambil bertekad untuk mengembangkannya. “Hari, bulan, dan tahun ini harus lebih baik dari hari, bulanm dan tahun kemarin. Itulah orang-orang yang sukses,” pesannya.
Di bagian lain Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu memuji semangat Lamongan dalam ber-Muhammadiyah yang cukup tinggi, karena beberapa waktu yang lalu dia baru saja hadir di Lamongan tepatnya di Desa Jabung Kecamatan Laren dan sebelumnya di Mojopetung.
Dia bercerita, waktu masih menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah, di Malaysia tepatnya di kota kecil Kajang Kuala Lumpur berdiri Pimpinan Cabang Istimewa Malaysia (PCIM). Din bertanya kenapa harus berdiri PCIM Malaysia, apa ada warga Muhammadiyah? Ternyata ada 200 orang. “Usut punya usut ternyata 200 orang itu warga Muhammadiyah Lamongan,” kata Din. (*)
Kontributor Slamet Hariadi. Editor Mohammad Nurfatoni.