PWMU.CO-Kegiatan Pondasi (Pondok Anak Semalam Ikrom) kelas 5 SD Muhammadiyah 3 Ikrom Wage Sidoarjo berisi pemantapan ibadah seperti shalat, wudhu, dzikir dan tausiyah dari guru.
Tausiyah untuk memotivasi anak berakhlakul karimah. Kali ini disampaikan oleh Ustadz Muhajir SAg, Sabtu (26/10/2019).
Selepas shalat Subuh berjamaah di Masjid Al Ikrom Diponegoro Jalan Taruna Kav. VIII C Wage Taman, peserta Pondasi bergegas kembali ke kamar berganti pakai kaos olahraga. Lalu berkumpul di halaman mengikuti tausiyah pagi. Pembicaranya Ustadz Muhajir SAg.
Dia mengawali kultumnya dengan membaca surat Ali Imran: 112
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.
Lalu Ustadz Muhajir menjelaskan, salah satu tali perjanjian (hubungan) dengan manusia harus didasari dengan akhlakul karimah terutama kepada orangtua.
Kemudian dia berkisah tentang seorang pemuda yang namanya tidak dikenal di bumi, tapi terkenal diakhirat. Pemuda itu bernama Uwais Al Qarni.
“Ada yang tahu kisah pemuda Uwais Al Qarni?” tanya Ustadz Muhajir. Tak ada siswa yang menjawab.
Dia melanjutkan ceritanya. Uwais Al Qarni adalah pemuda saleh, rajin beribadah, dan taat kepada ibunya. Mereka tinggal di negeri Yaman. Dia berasal dari keluarga sangat miskin. Dia juga menderita penyakit belang.
Suatu hari orangtuanya bercerita kepada Uwais keinginannya untuk pergi haji. Dia sangat kaget. Tapi untuk menyenangkan orangtuanya dia menyanggupi dan ingin mewujudkan impian ibunya tersebut.
Untuk mempersiapkan fisiknya, Uwais berlatih mengangkat pasir naik turun gurun. Banyak orang yang melihatnya aneh. Menertawakan dan bahkan mengatakan Uwais gila. Tapi Uwais abaikan. Tujuannya ingin mewujudkan impian orangtuanya dan sebagai bukti bakti kepadanya.
Ketika musim haji tiba, fisik Uwais sudah cukup kuat menggendong ibunya dari Yaman ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
“Begitulah cerita Uwais. Pemuda yang tidak dikenal orang di dunia, tapi dikenal para penghuni langit disebabkan kepatuhan dan bakti Uwais kepada Ibunya,” jelasnya.
Ustadz Muhajir menerangkan, anak-anak harus berbakti kepada orangtua. Juga menghormati guru supaya ilmu pengetahuan yang sudah diajarkan oleh guru bermanfaat di kemudian hari.
Dia berkisah tentang kehancuran Jepang karena dibom oleh Amerika. Semua yang dimiliki Jepang hancur lebur. Tapi Kaisar Jepang tetap memiliki harapan besar.
”Pertama kali yang ditanyakan Kaisar berapa guru yang masih hidup. Sekarang kalau kita lihat Jepang menjadi salah satu negara hebat. Ini tidak lepas peran guru,” tandasnya.
Di akhiri tausiyahnya, dia berpesan kepada anak – anak untuk bergaul dengan teman yang berakhlak baik.
“Teman yang baik itu seperti penjual minyak wangi. Meskipun kita tidak beli tapi berdekatan dengannya, pasti kita menjadi harum. Berteman dengan teman yang buruk akhlaknya seperti berteman dengan pandai besi. Kalau kita dekat dengannya baju kita jadi sangit,” jelasnya. (*)
Penulis Muhammad Nasikin Editor Sugeng Purwanto