PWMU.CO-Olympic Ahmad Dahlan (OlympicAD) VI tahun 2019 yang berlangsung di Semarang membawa cerita yang menarik dan membanggakan bagi M. Arvin Almafaza.
Siswa kelas 6 Sekolah Karakter SD Muhammadiyah 24 Ketintang Surabaya itu awalnya sempat ragu ikut karena beberapa kali lomba tahfidh belum juara. Apalagi ini tingkat nasional, dia sempat ragu karena khawatir kecewa. Namun dengan motivasi dari para ustadz ustadzah dan orang tua, akhirnya bersedia ikut.
Arvin pun melakukan persiapansekitar dua pekan. Dia optimalkan murojaah hafalan dan setor hafalan. Dia harus setor seperempat juz setiap hari untuk memperlancar hafalan.
Anak ini telah hafal 6 juz. Sementara lombanya hanya juz 30. Kondisi ini menguntungkan sekaligus tantangan.
Lomba tahfidh olympicad ini selain siswa harus hafal secara lisan juga harus bisa mengerjakan soal tertulis berbasis Android. Ini juga menjadi tantangan dan hal baru bagi Arvin. Beberapa kali latihan sudah bisa.
Alhamdulillah saat lomba, Arvin mendapat poin sempurna 100 sehingga masuk babak final 30 besar. Hal yang menggembirakan karena selangkah lagi jadi juara.
Namun ada sedikit masalah karena suara Arvin serak dan tidak bisa keras. Untuk mengobatinya, Arvin akhirnya harus banyak minum air putih sebelum maju ke final.
Memasuki babak final, dengan didampingi bundanya yang duduk di kursi pendamping, Arvin maju di hadapan para juri dengan lancar dan suara yang keras. ”Alhamdulillah, usahanya tidak sia-sia, dia berhasil meraih juara 2 dengan poin hanya selisih 0,2 dengan yang juara satu,” kata ibunya.
Kepala Sekolah Karakter SD Muhammadiyah 24 Ketintang Surabaya, Norma Setyaningrum yang ikut mendampingi mengungkapkan rasa syukurnya. ” Alhamdulillah, siswa kami berhasil meraih prestasi tingkat nasional. Prestasi ini tentu sangat membanggakan bagi Arvin dan sekolah,” ujarnya.
Perempuan yang juga pengurus PDA Kota Surabaya ini menjelaskan, momen OlimpicAd VI di Semarang ini merupakan yang pertama kalinya ikut lomba tingkat nasional dan langsung berhasil juara. Semoga ini semakin menyemangati Arvin untuk menyelesaikan hafalan 30 juz.
“Bagi sekolah, hal ini juga jadi semangat untuk terus mengembangkan peserta didik agar menjadi generasi yang berkarakter, berprestasi dan mendunia, sesuai dengan visi sekolah yang terus kami internalisasikan pada segenap warga sekolah,” tandasnya. (*)
Penulis Achmad Zainuri Arif Editor Sugeng Purwanto