PWMU.CO – Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Ir Dodik Priyambada SAkt mengingatkan dua hal yang harus diperhatikan oleh guru Al-Islam.
Hal itu dia sampaikan dalam acara “Telaah Buku Al-Islam SMP/MTS dan SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Gresik” yang diadakan oleh Majlis Tarjih dan Tajdid PDM Gresik bekerja sama dengan Majelis Dikdasmen PDM Gresik di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jalan Permata No 7 GBA, Sabtu (2/11/19).
Menurut Dodik, dua hal itu adalah, pertama, pembelajaran itu bermakna konten dan konteks. “Dan hari ini kita memperkuat konten kita sebagai guru,” ujarnya.
Dia menegaskan, pembelajaran sesungguhnya adalah kegiatan dakwah kepada anak-anak kita di sekolah, sehingga, interaksi, waktu, dan kesempatan lebih banyak dari pada ceramah agama di masyarakat.
“Karena interaksi yang lebih intens, maka, guru Al-Islam harus lebih kuat, tajam, dan clear dalam pembelajaran sesuai rumusan Muhammadiyah,” kata dia.
Menurutnya, tidak ada istilah “Guru mengajar, murid belum tentu belajar”. Hal ini bisa saja terjadi kalau gurunya tidak mengikuti gaya belajar anak.
“Jadi pembelajaran itu harus bersifat dinamis. Supaya apa yang disampaikan gurunya itu nyambung,” pesannya.
Kedua, kita berada di alam kekinian. Guru Al-Islam tidak hanya cukup membawa mushaf Alquran yang sudah lusuh. Tetapi harus punya jaringan di medsos (media sosial) seperti Line, WhatsApp, Facebook, Twitter, atau Instagram. “Manfaatkan itu semua untuk media pembelajaran,” tuturnya.
“Ini hukumnya fardlu ‘ain. Karena ini adalah media dakwah kita kepada anak-anak. Termasuk curhatnya anak-anak,” tegasnya tentang pentingnya guru memperhatikan konteks. (*)
Kontributor Estu Rahayu. Editor Mohammad Nurfatoni.