PWMU.CO – Di tengah menjalankan tugas sebagai asesor Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal (BAN PAUD dan PNF), saya berkunjung ke Sekolah Indonesia Singapura (SIS) yang diselenggarakan oleh Atase Pendidikan Singapura.
Di SIS diselenggarakan pendidikan mulai tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. Pada kompleks yang sama juga tersedia layanan pendidikan kesetaraan yang dikelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Singapura. PKBM ini melayani program Kejar Paket B (setara SMP) dan Kejar Paket C (setara SMA). Bahkan di kompleks SIS juga diselenggarakan pendidikan tinggi, yakni Universitas Terbuka (UT).
Umumnya, mereka yang belajar di SIS adalah anak-anak dari pejabat KBRI dan warga Indonesia yang bekerja sebagai profesional di Singapura. Kurikulum yang diajarkan di SIS juga sama dengan sekolah di Indonesia.
Perbedaannya, pimpinan dan pendidik di SIS adalah guru-guru asal Indonesia yang direkrut secara khusus oleh Kemendikbud. Mereka umumnya dikontrak dalam waktu tiga tahun dan bisa diperpanjang satu periode. Mereka adalah guru-guru PNS dan non-PNS yang lolos seleksi di Kemendikbud.
Yang menarik adalah keberadaan PKBM di kompleks SIS. Sebagian besar peserta didiknya adalah para pekerja migran dari Indonesia. Mereka mengambil program Kejar Paket B dan Paket C.
Karena mereka umumnya bekerja sebagai asisten rumah tangga, maka pembelajaran di PKBM dilaksanakan secara fleksibel. Waktu belajar juga disesuaikan dengan kelonggaran mereka sesuai ijin majikannya. Dalam satu bulan, pembelajaran secara tatap muka hanya dilaksanakan dua kali. Pembelajaran hanya dilaksanakan pada hari Ahad, tepatnya pekan pertama dan ketiga.
Selain kelas tatap muka, pembelajaran juga dilakukan secara daring (dalam jaringan). Peserta program Kejar Paket B dan Paket C dapat mengikuti pembelajaran secara online.
Hampir semua pendidik PKBM ini juga mengajar di SIS. Mereka mengabdikan diri berbagi ilmu dengan para pekerja migran asal Indonesia.
Keberadaan PKBM di kompleks SIS sangat bermakna bagi para pekerja Indonesia yang umumnya bekerja di wilayah domistik. Diharapkan ada peningkatan kemampuan literasi dan sumber daya mereka. Apalagi sekarang ini pemerintah Singapura menetapkan persyaratan minimal untuk bekerja di Negeri Singa adalah minimal lulusan SMA.
Karena itulah, maka para pekerja dari Indonesia yang sebelumnya hanya berijazah SMP harus mengambil program Kesetaraan Paket C. (*)