PWMU.CO – Muhammadiyah itu pantang meminta untuk dijadikan pimpinan, tetapi kalau terpilih menjadi pimpinan maka pantang untuk menolak amanah. Kader pimpinan berada di tangan Pemuda Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Bendahara Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Abdul Muis Kholidin saat memberikan sambutan pada Musyawarah Daerah (Musyda) IV Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Situbondo di Hall Hotel Asri, Panarukan, Situbondo, Ahad (3/11/19)
Dia menambahkan, pengkaderan berada di pundak kita semua. “Tetapi pengkaderan juga perlu melibatkan organisasi otonom (ortom) seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Tapak Suci (TS), Kepanduan Hisbul Wathan (HW), Nasyiatul Aisyiyah (NA) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),” ungkapnya.
Pengkaderan itu, sambungnya, juga memerlukan bimbingan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) serta Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA). “Maka sinergi semua unsur dalam merangkul, membina dan membentuk kader harus tetap dilakukan,” ujarnya.
Menurut Muis, sapaan akrabnya, Musyawarah Daerah (Musyda) adalah bagian penting dari organisasi. Musyda merupakan proses politik untuk mencapai tujuan bersama. “Menjadi pemimpin bukan tujuan utama, tetapi mewujudkan tujuan organisasi itulah yang lebih utama,” tegasnya.
Dia bercerita, pada tahun 2007 hingga 2009 setiap pekan melewati Situbondo karena istrinya bertugas di Banyuwangi. “Di perjalanan saya mencoba membuat titik-titik kebahagiaan agar tidak membosankan,” ungkapnya.
Titik kebahagiaan pertama, lanjutnya, adalah Bangil karena lepas kemacetan di Porong. Titik kedua Tongas saatnya makan malam. “Kraksaan sebagai titik ketiga karena terlepas dari jalanan yang padat dan sempit. Titik kebahagiaan keempat Asembagus karena sudah dekat dengan tujuan Banyuwangi,” kisahnya.
Di organisasi, menurut dia, juga perlu titik-titik untuk mencapai kebahagiaan. Tidak perlu muluk-muluk, misalkan targetnya PDPM mempunyai mobil sendiri atau kantor sendiri. “Tetapi di antara capaian itu buatlah titik kebahagiaan agar tidak putus asa di tengah jalan,” jelasnya.
Kesuksesan Musyda ini, menurutnya, adalah titik awal kebahagiaan. Tinggal mewujudkan titik-titik selanjutnya. Ke depan harus mulai menggerakkan remaja masjid Muhammadiyah. “Itu awal kaderisasi. Mari dimunculkan kembali kekuatan Remas,” imbuhnya.
Dia mengingatkan, saat ini banyak kader Muhammadiyah yang tidak mau jadi pengurus PCPM atau PRPM, tetapi lebih suka di bagian takmir masjid. “Mari gerakkan dulu Remas, misalkan pelatihan bersama antar masjid. Bisa pelatihan imam, muadzin atau perawatan jenazah,” ajaknya.
Kalau sudah nyaman tinggal selanjutnya mewujudkan pembentukan PCPM atau PRPM. “Sebenarnya ini bagian dari program kerja bagian dakwah PWPM. Jadi semuanya bisa dikoordinasikan dengan PWPM,” terangnya.
Muis berharap musyda ini bisa melalui musyawarah mufakat untuk menentukan siapa yang menjadi pucuk pimpinan terbaik. “Dan semoga bisa memiliki keputusan-keputusan yang membawa Pemuda Muhammadiyah sekaligus Muhammadiyah menjadi lebih baik,” tuturnya. (*)
Penulis Sugiran Editor Sugeng Purwanto