PWMU.CO – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengunjungi korban ambruknya SDN Gentong Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan, Selasa (5/11/219) sore.
Begitu datang sekitar pukul 15.30, Khofifah membesuk enam siswa yang dirawat di RS dr Soedarsono. Dia mengunjungi satu per satu siswa yang terluka terbaring di ranjang. Gubernur mengajak berbincang menanyakan kondisinya.
Di tempat ini Khofifah memerintahkan kepada Dinas Kesehatan Jawa Timur untuk membebaskan biaya perawatan para korban ini. ”Jangan sampai (ada) pungutan kepada korban,” ujarnya.
Habis dari RS, Gubernur Khofifah mengunjungi rumah guru Sevina Arsy Wijaya, korban meninggal dunia tertimpa ambruknya atap sekolah ini. Saat atap sekolah ambruk guru Sevina sedang berada di kelas VA meskipun para siswa di luar untuk olahraga.
Sesampai di rumah duka Kelurahan Mandaranrejo Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan, Khofifah menyampaikan bela sungkawa dan memberikan doa.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Saya turut berduka cita atas meninggalnya ibu guru Sevina. Seluruh warga Jawa Timur berduka. Semoga almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah dan orangtua serta keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan,” katanya.
Gubernur juga memastikan semua korban akan mendapatkan bantuan dari pemerintah provinsi.
Khofifah hadir di rumah ini ditemani Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Pasuruan Ir Siti Zuniati MM dan para guru. Tetangga juga berdatangan menemui gubernur. Di halaman tampak karangan bunga duka cita dari keluarga besar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan.
Guru Sevina sebenarnya petugas perpustakaan yang hari itu menjadi guru pengganti. Menurut Anggraini, tetangga korban, guru Sevina orang yang baik, ramah dan suka menolong.
SDN Gentong atapnya ambruk Selasa pagi pukul 08.00 menyebabkan dua orang meninggal dunia dan 11 luka. Korban meninggal Irza Amira (8), siswa kelas 2B, dan Sevina Arsy Wijaya (19), guru honorer.
Satu gedung yang atapnya ambruk itu terdapat empat ruang kelas. Ruang itu ditempati kelas 2A, 2B, 5A, dan 5B. Tampak kerangka atap dari galvalum berserakan di dalam kelas bersama genteng dan bongkahan tembok yang ikut ambrol.
Keterangan para saksi seperti guru dan petugas kebersihan, robohnya atap dimulai dari kelas 2A kemudian merembet ke tiga kelas sebelahnya. Kejadiannya cepat tanpa tanda-tanda. (*)
Penulis Dian Rahmawati Editor Sugeng Purwanto