PWMU.CO – SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) peringati Hari Pahlawan dengan cara kreatif. Siswa kelas I diajak membuat topeng pahlawan nasional, sementara siswa kelas II dan III membuat puppet (wayang) pahlawan lengkap dengan biografinya, Kamis (7/11/19).
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Erna Ahmad MPd menyatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme pada siswa. “Agar anak-anak belajar sejak dini menghargai jasa para pahlawan yang gugur dalam kemerdekaan. Mereka diajak membuat topeng dan wayang para pahlawan, terutama pahlawan Islam,” terangnya.
Kegiatan ini kali pertama dilakukan di SD Mugeb. “Kalau sekadar menggambar atau mewarnai itu sudah mainstream ya, jadi kita pilih membuat topeng dan wayang pahlawan,” ujar guru Matematika kelas I ini.
Selain itu, sambungnya, siswa juga dapat mengenalkan tokoh pahlawan yang mereka buat kepada teman yang lain. “Ini bisa jadi bentuk pembelajaran untuk siswa, mereka bisa bermain peran menggunakan wayang yang sudah dibuat beserta biografinya, dengan begitu siswa akan mengenal banyak tokoh pahlawan,” terangnya.
Para siswa terlihat antusias membuat wayang dan biografi pahlawan. Salah satu siswa kelas II-Madinah, Mutiara Ainun Kamila Rohman mengaku senang. “Aku bikin wauang Cut Nyak Dien,” ujar Mutiara sambil tersenyum.Bagi siswa kelas I, membuat topeng pahlawan nasional merupakan pengalaman pertama yang menyenangkan. “
Sementara itu Keven Javier Setyawan, siswa kelas I-Al Malik menyatakan jika sebelumnya dia punya topeng Spiderman, pahlawan super hero. “Yang ini topeng pahlawan Indonesia,” ujarnya.
Selain membuat topeng dan wayang pahlawan, siswa juga mengenakan kostum bertema pahlawan. Ada yang mengenakan kostum ala Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, dan Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Selepas membuat kreasi berupa topeng dan wayang pahlawan, secara bergiliran, siswa kelas I, II, dan III melakukan parade mengelilingi lingkungan sekolah. Mereka memamerkan karya yang telah dibuat kepada siswa lain. Selama parade, para siswa terlihat semangat sambil meneriakkan kata “Merdekaa!”.
Wayang sederhana yang dibuat siswa juga sekaligus menjadi media untuk mendekatkan siswa dengan budaya lokal. “Meningkatkan nasionalisme itu adalah point-nya sekaligus menggalakkan kearifan lokal karena wayang berasal dari Jawa Timur,” pungkas Erna.
Kontributor Mar’atus Sholichah. Editor Mohammad Nurfatoni.