PWMU.CO-Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat Lamongan mengadakan khitan massal ke-41 memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Tempat khitan di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat, Sabtu (9/11/2019).
Sebelum acara khitan dimulai diberikan tausiyah disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan KH Shodikin MPd.
Dia menerangkan, Nabi Ibrahim as melaksanakan khitan pada usia 80 tahun. ”Menurut riwayat dikhitan dengan pecok,” ujar Shodikin disambut tertawa oleh hadirin. Tapi riwayat khitan Nabi Ibrahim pakai pecok atau kapak ini perlu ditelusuri kebenarannya. Sahih atau sekadar guyonan.
Dia mengatakan, khitan bukan masalah usia dan alatnya, tetapi syariat Islam yang berkaitan dengan thoharah yang memengaruhi sah tidaknya shalat.
”Khitan termasuk lima sunah. Sunah fitrah yang lima itu mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketika seperti hadits riwayat Bukhari,” katanya.
Khitan bagian thaharah, kata dia, setelah anak itu dewasa akan berkewajiban untuk melaksanakan shalat dan bersuci. Salah satu yang perlu dijaga kesuciannya adalah kemaluan. Orang yang berkhitan dengan hilangnya kulup tidak menyisakan air kencing di ujungnya.
KH Shodikin mengatakan, Nabi saw pernah menceritakan tentang dua penghuni kubur yang disiksa, maka penyebab pertama karena kencing yang belum tuntas dan kedua karena adu domba.
”Diterangkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, bersihkanlah diri dari kencing. Karena kebanyakan siksa kubur berasal dari bekas kencing tersebut. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad Daruquthni. Diriwayatkan pula oleh Al Hakim, kebanyakan siksa kubur gara-gara (bekas) kencing. Sanad hadits ini sahih,” lanjutnya.
Dia juga bercerita, ada orangtua menasihati anaknya. ”Hai anakku, hidup itu kompetisi, hidup itu persaingan, terkadang harus meneteskan air mata, sampai juga meneteskan darah. Jadi tak perlu takut disunat. Dulu yang mengkhitan calak dan harus dijepit. Sekarang sunat dengan cara yang canggih, menggunakan sinar laser, sehingga tidak ada pendarahan,” ujar KH Shodikin menutup ceramahnya. (*)
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto