PWMU.CO – Panas siang begitu menyengat. Matahari tepat berada di atas kepala, ketika 9 fotografer SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik berburu foto di rumah Gajah Mungkur, sebuah ikon Kampung Kemasan Gresik Jalan Nyai Ageng Arem-Arem Gang III Kelurahan Pakelingan Gresik, Jumat (15/11/19).
Tiga model yang mengenakan busana Muslim lengkap dengan songkok dan Alquran duduk di halaman rumah berpaving itu. Para fotografer langsung mengabadikan gambar dari berbagai sudut di rumah yang berdiri di atas lahan 2.000 meter ini.
“Tidak sekadar objek model, kami juga tidak akan meninggalkan latar rumah kunonya yang didirikan tahun 1881 ini. Inilah yang membuat berbeda nanti,” ujar Naura Cindy Putri Qonitah (13) saat diwawancarai PWMU.CO usai pengambilan gambar.
Naura mengatakan, objek orang menjadi fokus, sedangkan latar rumah kunonya—terutama ornamen dan warna yang menjadi ciri khas kawasan heritage ini—tetap kita tonjolkan juga.
Rumah Gajah Mungkur yang terdiri dua bangunan ini, menurutnya, menjadi unsur menarik sehingga semua rekannya mengambil gambar dari sisi teras, depan, dan samping rumah. Juga taman yang ada patung gajah dengan cat warna abu-abu tua.
Hal senada juga disampaikan Nabila Ayu (12). Cewek yang hobi menggambar ini mengaku latar rumah mampu memberikan warna berbeda pada hasil fotonya.
“Pinginnya, model bisa kita ambil plus bangunan secara utuh pun bisa kelihatan,” ungkapnya.
Nabila menjelaskan untuk menghasilkan foto, terbaik semua fotografer melakukan observasi bangunan rumah terbih dahulu. Hal ini bisa membantu di mana model dan sudut yang cocok serta pas saat pengambilan objek.
Khairullah Reihan Alkautsar, model foto, ketika dihubungi PWMU.CO memaparkan hanya faktor panas yang menjadi kendala.
“Ya, disuruh duduk di teras rumah agak lama. Kalau hasil kurang baik, disuruh ulang lagi. Jadi ya harus panas-panas lagi,” kata cowok yang biasa disapa Reihan, tersenyum.
Kesembilan fotografer yang tergabung dalam kelas ekstrakurikuler fotografer sedang proses menyelesaikan proyek lomba fotografer dengan tema Islam di Era Globalisasi lewat even Darul Fikri Festival (Difest) 2019 yang diselenggarakan Madrasah Aliyah Islam Terpadu (MAIT) Darul Fikri Sidoarjo. (*)
Kontributor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.