PWMU.CO – Seminar Kepanduan Hizbul Wathan (HW) bertempat di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mendatangkan Muhammad Harun SE MPd sebagai pembicara, Rabu (13/11/2019).
Bertempat di Aula KH Mas Mansyur Lantai 7 GKB 2 Umsida, acara ini dihadiri oleh mahasiswa dan kader HW. Tampak hadir juga Yugo Triawanto MSi, ketua Kwarcab HW GKB. Tema seminar membicarakan Peran Kepanduan dalam Mempersiapkan Generasi Muda di Era Masyarakat 5.0.
Ketua Kwartir Wilayah HW Jawa Timur Muhammad Harun mengatakan, Indonesia masih berada di era 4.0 tetapi yang lain sudah berlari di era 5.0.
Sebelum membicarakan 5.0, Harun mengajak peserta untuk mengenali revolusi industri era 1.0 sampai 4.0. “Revolusi industri sendiri berarti perubahan besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, transportasi, pertambangan, teknologi yang memberi dampak bagi bidang ekonomi, sosial, dan budaya di dunia,” katanya.
Pertama, sambung dia, di era 1.0 manusia mulai menggunakan mesin tenaga uap dan air yang saat itu banyak digunakan dalam produksi industri tekstil. “Pada saat itu tenaga manusia dan hewan sudah mulai digantikan dengan mesin,” ujarnya.
Kedua, era 2.0 sudah mulai muncul tenaga listrik dan motor untuk pembakaran. Yang dulunya mesin uap sudah beralih menjadi mesin listrik. Namun, lanjutnya, muncul permasalahan pada era ini yaitu tentang transportasi.
Ketiga, era 3.0 dikenal dengan revolusi digitalisasi. Barang elektronik sudah mulai ditemukan, tenaga manusia sudah mulai tergantikan dengan komputer dan robot.
Keempat, era 4.0 yang sedang hangat diperbincangkan saat ini atau yang dikenal dengan Cyber Phsycal System. Di mana masyarakat dunia sudah menggunakan internet mobile dan big data.
Robot terkoneksi langsung dengan komputer dimana robot bertindak sendiri tanpa campur tangan manusia yang disebut Pabrik Pintar. Kecerdasan manusia di era ini akan kalah dengan kecerdasan robot yang notabene adalah kecerdasan buatan alias Articial Intelligence (AI).
Lalu, apa yang dimaksud era 5.0? “Apakah manusia nantinya akan punah karena tugas-tugasnya sudah diambil alih oleh robot?” tanya Harun kepada peserta.
Ternyata, poin 5.0 ini muncul dari negara Jepang dengan sebutan Society 5.0 justru kembali kepada kemasyarakatan. Pada era ini, gabungan antara AI dan big data sudah berkontribusi untuk kemanusiaan. Lantas mengapa Jepang yang menjadi pelopor?
Salah satu alasannya karena tingginya generasi tua di Jepang yang membutuhkan biaya untuk perawatan sedangkan tenaga kesehatan sangat kurang. “Maka dari itu dicetuskanlah big data yang berupa medical record untuk membantu penanganan kesehatan,” ungkap Harun.
Pada akhir diskusi, Harun mengungkapkan, kita sebagai pandu HW harus berkontribusi dan menyongsong era 5.0 dengan menguatkan nilai spiritual dan karakter. “Kita buktikan bahwa Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (GKHW) siap menghadapi tantangan,” jelasnya dengan semangat.
“Sesuai dengan prinsip dan metodenya yakni anggota kepanduan harus bisa menguasai teknologi dengan syarat iman, takwa, dan pengalaman religinya harus kuat. Makanya, HW menawarkan Islamic scooting atau yang disebut kepanduan Islam,” paparnya.
Sementara Ketua Pelaksana Kasih Ayu Wulansari menyampaikan seminar ini bertujuan agar para generasi muda dapat mempersiapkan diri menghadapi tantangan di era baru masyarakat 5.0, khususnya dalam bidang kepanduan.(*)
Penulis Disa Yulistian, Erika Mulia Arsy Editor Sugeng Purwanto