PWMU.CO–Acara persyarikatan seperti Tanwir Aisyiyah selalu ditunggu tiga perempuan berkemajuan ini. Ibu dan dua anaknya ini selalu hadir dimana pun ada kegiatan besar Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Mereka adalah Hj Siti Hadiroh (70) dan dua putrinya Hj Widiyastuti SS MHum dan Ninuk Widi Maryati. Asal Yogyakarta. Siti Hadiroh aktivis Aisyiyah sejak muda. Terakhir menjabat di PP Aisyiyah.
Sementara Widiyastuti aktivis Nasyiah yang kini menjadi Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Adiknya Ninuk Widi Maryati juga aktivis Nasyiah yang sekarang jadi pengurus Aisyiyah.
“Kami selalu datang bersama, khususnya kalau ada acara Aisyiyah,” kata Widiyastuti ditemui Sabtu (16/11/2019) malam di acara Tanwir Aisyiyah di Universitas Aisyiyah.
Menurut Widiyastuti, kalau pas ada acara Muhammadiyah bisa-bisa datang semua keluarga besarnya bersama ayahnya KRT H Ahmad Muhsin Kamaludiningrat. ”Kami anak-anaknya ini hasil kaderisasi dari ibu-bapak untuk aktif di persyarikatan,” tambahnya.
Dijelaskan, ibunya, Siti Hadiroh, sudah 35 tahun berkhidmad di Aisyiyah. “Periode ini, saat beliau masuk usia 70 tahun memutuskan untuk tidak mau dicalonkan lagi karena sudah banyak kader muda,” kata Widiyastuti.
“Namun sebagai sesepuh beliau masih selalu hadir dalam acara-acara yang diadakan Aisyiyah,” terang
Proses kaderisasi yang diikuti dua putri ini sejak muda di Nasyiatul Aisyiyah. Widiyastuti akhirnya pernah menjadi Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah tahun 1990. Lantas masuk di Pimpinan Pusat Aisyiyah pada tahun 2010. Kini di PP Muhammadiyah.
Adiknya, Ninuk Widi Maryati, mulai masuk di Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah tahun 2000 dan menjadi pengurus di Pimpinan Pusat Aisyiyah mulai tahun 2015. Keduanya sama-sama pernah menjadi Sekretaris Umum (Sekum) PP Nasyiatu Aisyiyah.
Ketika acara Tanwir Aisyiyah berlangsung di Yogya, kota tempat tinggalnya, tentu saja tidak dilewatkannya. Mereka bertiga selalu datang bersama-sama. “Ibu akan selalu ada di acara seremonialnya,” ujar Wiwid, panggilan akrabnya.
Itulah kebahagiaan yang bisa mereka berikan kepada ibunya. Siti Hadiroh mengatakan, kalau Allah swt memanggilnya, maka dia akan tenang karena melihat dua orang kadernya sudah berkiprah di persyarikatan Aisyiyah dan Muhammadiyah.
Kesadaran Siti Hadiroh itulah yang memunculkan pemikiran untuk merangkul kedua anaknya berhimpun di organisasi Aisyiyah. Menghimpun perempuan di keluarganya dalam satu wadah organisasi. “Sehingga mereka bisa melakukan sesuatu untuk masyarakat,” tandas Siti Hadiroh yang cucu KH Ahmad Dahlan. (*)
Penulis Affan Safani Adham Editor Sugeng Purwanto