PWMU.CO-Di-bully banyak orang gara-gara pernyataannya tentang sertifikasi pra-nikah, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Prof Dr Muhadjir Effendy MAP buka suara ketika berbicara dalam Pembukaan Tanwir II di kampus Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Sabtu (16/11/2019)
Dalam Tanwir Aisyiyah bertema Menguatkan Sumber Daya Manusia Unggul untuk Indonesia Berkemajuan, Muhadjir menjelaskan program yang diperbincangkan masyarakat terkait pentingnya pembekalan calon pengantin baru.
”Saya banyak di-bully terkait sertifikasi pra nikah, yang dalam bayangan seolah–olah seperti ada pemeriksaan, menyiapkan dokumen–dokumen yang ribet. Kita ini selalu belum baca beritanya secara utuh tapi memberikan komentar yang lebih panjang dari berita itu sendiri. Nah ini residu kebudayaan yang perlu kita kurangi,” tuturnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ini menjelaskan, sertifikasi pra nikah merupakan upaya dan tanggung jawab pemerintah untuk menyiapkan pasangan calon pengantin agar dapat dipastikan menjadi rumah tangga yang harmonis dan sehat, yang kemudian akan melahirkan generasi hebat.
“Sekarang ini sekitar 45 persen keluarga Indonesia berada pada status miskin atau punya potensi untuk miskin,” katanya.
Maka, sambungnya, untuk mencegah lahirnya rumah tangga miskin baru, dia meminta kepada para menteri di bawah Menko PMK untuk memberikan pembekalan yang sungguh-sungguh kepada seseorang sebelum memulai langkah perkawinan agar siap menjalani rumah tangga.
Menurutnya, pembekalan itu sebagai antisipasi agar para calon pengantin mendapat bimbingan, pelatihan, mendapatkan lapangan pekerjaan, memiliki kepastian mata pencarian, sehingga dalam membangun rumah tangga mampu untuk menghidupi keluarga.
”Kalau dalam membina rumah tangga (apalagi kepala keluarga) tidak mempunyai rencana dan gambaran ke depan mau seperti apa, jika dibiarkan tentu akan bermuculan keluarga miskin baru dan itu akan membebani negara. Lalu implikasinya akan terlahir anak–anak yang stunting, kekurangan gizi, tidak mahir, karena pertumbuhan otaknya tidak berjalan normal, dan tentu tidak akan menjadi manusia produktif di eranya,” tandas mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut.
Di depan ratusan peserta tanwir yang hadir Muhadjir berharap peran Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah dalam mewujudkan keluarga harmonis, sakinah, dan berkemajuan.
”Maju tidaknya Indonesia bergantung pada saving penduduk di usia produktif. Saya berharap dari Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah membantu kami untuk mewujudkan Indonesia maju yang juga selaras dengan visi Muhammadiyah yakni Indonesia berkemajuan,” ungkapnya. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Sugeng Purwanto