PWMU.CO-Jika tak ada hambatan Museum Muhammadiyah di Yogyakarta bakal di-soft launching akhir tahun ini. Salah satu koleksi yang ditampilkan adalah perjalanan dakwah Muhamamdiyah zona Jawa Timur.
Ketua Tim Museum PWM Jawa Timur Arya W. Wirayudha menjelaskan, isi museum untuk zona Jawa Timur ada tiga. Pertama, perjalanan KH Ahmad Dahlan berdakwah ke kota di Jawa Timur. Kedua, biografi ketokohan KH Mas Mansur. Ketiga, peran Muhammadiyah dalam pertempuran 10 November.
”Perjalanan dakwah Kiai Dahlan di Jawa Timur dan kisah Mas Mansur sudah menjadi cerita populer dan dibukukan. Kita tinggal menyajikan foto dan narasi. Paling menarik itu menampilkan data peran Muhammadiyah dalam pertempuran 10 November yang belum banyak diungkap,” kata Arya dihubungi Senin (25/11/2019).
Dia menambahkan, tiga konten museum zona Jawa Timur ini sudah dipresentasikan kepada Tim Museum Pusat yang ditangani Majelis Pustaka dan Informasi saat berkunjung ke Surabaya, Ahad (24/11/2019). Presentasi bertempat di ruang rapat PWM Jatim Jl. Kertomenanggal.
Diceritakan, Tim Museum PWM Jatim telah berburu dokumen dan membaca koran terbitan tahun 1945. Ternyata ada peran besar Muhammadiyah saat peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
”Di koran Kedaulatan Rakyat, 11 November 1945, ada berita Pengurus Besar Muhammadiyah waktu itu memerintahkan seluruh warga Muhammadiyah dan kaum muslimin untuk shalat hajat sesudah Isya untuk mendoakan kemenangan pertempuran di Surabaya,” ujar Arya yang dosen sejarah di Fakultas Ilmu Budaya Unair.
Dalam dokumen lain seperti buku-buku lama ditemukan nama-nama kader Hizbul Wathan ikut mengangkat senjata melawan dalam pertempuran melawan serdadu Inggris yang disusupi NICA. Disebutkan nama kader HW Surabaya itu antara lain Ketua HW Surabaya M. Idris, Bendahara HW Asy’ri, Maksin, Mapan, H. Ismail, Sukardi, Suprapto, Kaspan, Wisatmo, H. Iskandar, Kusumodjudo.
Disebutkan juga data kader Muhammadiyah yang gugur dalam pertempuran itu seperti Said Umar, aktivis santri dan pimpinan Hizbul Wathan, Marsyidik dari Pemuda Muhammadiyah, M. Subadjan dari Koperasi Muhammadiyah.
Juga ada Ibrahim Rahman, bendahara Urusan Gerak Badan Pemuda Muhammadiyah. Ada lagi nama Malikin, Ihsan Ishaq, Ustman Rais, Manan Gani yang tercatat gugur di medan perang.
”Nama-nama tokoh Muhammadiyah yang terkenal seperti Dokter Soewandhi ikut perang 10 November bersama pasukan TRIP seperti diceritakan Ruslan Abdoelgani. Nama dr Soewandhi diabadikan menjadi RSUD milik Pemkot Surabaya di Tambakrejo,” ujarnya.
Ada nama KH Faqih Usman yang bergabung dengan Barisan Sabilillah, ada Anwar Zein, anggota Komite Eksekutif 1945 dan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Jawa Timur ikut membuat keputusan penting di perisitiwa itu. Anwar Zein ini kemudian jadi Ketua PWM Jatim tahun 1969-1989,” paparnya.
Arya menerangkan, semua dokumen itu akan disusun dalam narasi dengan penampilan menarik dengan konsep museum modern. Dengan penampilan itu kisah sejarah ini diminati pengunjung dan tidak membosankan.
”Penyajian menarik itu misalnya desain futuristik ditampilkan dalam layar touchscreen. Atau dalam pajangan tata lampu warna-warni,” cerita dia.
Wakil Ketua MPI PP MuhammadiyahWidyastuti mengatakan, zona Jawa Timur penting ditampilkan di masa launching awal ini karena menjadi basis dakwah yang besar setelah Yogya.
”Dakwah KH Ahmad Dahlan di Jawa Timur mendapat sambutan seperti di Surabaya. Kemudian menyebar ke masyarakat pantura menjadi basis Muhammadiyah yang dominan dan militan,” katanya.
Dia berharap, ada banyak peninggalan Muhammadiyah Jatim baik berupa SK pendirian, baju HW, atau peninggalan lainnya ditampilkan di museum. (*)
Penulis Teguh Imami Editor Sugeng Purwanto