PWMU.CO – Di sela kegiatan Cabang dan Ranting Muhammadiyah Expo 2019, PWMU.CO berkesempatan mengunjungi komplek rumah adat Limbung ‘Balla Lompoa’, Kamis (28/11/19).
Pagi pukul 05.60 WITA pagar utama masih terkunci. PWMU.CO pun akhirnya lewat pintu sebelah kiri yang berada di Jalan Balla Lompoa Limbung, Gowa, Sulawesi Tengah.
Halaman rumah adat terlihat bersih. Bekas hujan yang turun kemarin malam masih tersisa di daun bunga yang menghias taman. Pagar tembok setinggi 1,5 m dengan cat putih mengeliling rumah adat.
Selain induk rumah adat, di bagian kirim sedikit ke belakang terdapat rumah panggung yang ukurannya agak kecil. Di bagian kanan ada gasebo dengan ukuran 3×4 meter.
“Rumah adat ini buka tiap hari hari Senin, Kamis, dan Ahad, mulai pukul 08.00-13.00,” ujar Mursidul (34) juru peliharan, saat diwawancari PWMU.CO di halaman rumah adat.
Mursidun menjelaskan, rumah adat yang sudah dibangun pada abad ke-13 ini masih terlihat kokoh berdiri. Bapak berkaca mata ini menuturkan rumah tersebut pernah diperbaiki pada tahun 2004.
Penghuni pertama dan terakhir, menurutnya, adalah Syech Abdul Rahman, tokoh agama di Limbung. Pada setiap acara adat, rumah ini dikunjungi keluarga besarnya dan tokoh masyarakat setempat.
Sekarang, rumah ini telah menjadi jujukan mahasiswa yang mau meneliti atau untuk keperluan tugas akhir kuliah dan juga para wisatawan yang ingin berziarah.
Balla Lompoa berupa rumah panggung yang disangga 24 kaki kayu jati. Satu pohon jati untuk 1 tiang. Selain itu, ada 13 anak tangga yang menghubungkan dengan lantai 1, ruang utama yang merupakan ruang keluarga.
Mursidun menuturkan untuk lantai 2 dan 3 adalah kamar tidur kekuarga. Sedangkan lantai 4 merupakan ruang khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka keluarga, mulai dari keris dan tombak.
“Sampai sekarang, untuk perawatan rumah adat ini kami dapat dana langsung dari Dinas Purbakala Makassar secara langsung.” katanya. (*)
Kontributor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.