PWMU.CO-Organisasi Pecinta Alam (Orspala) SMK Muhammadiyah 8 Siliragung Banyuwangi mengadakan kegiatan Diklat Syal bertempat di sekolah, Sabtu-Ahad (30/11/-1/12/2019).
Diklat diikuti oleh 16 peserta dari kelas XI. Tujuan diklat ini mengukuhkan komitmen calon anggota Orspala untuk siap dan sigap dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Materi yang diberikan seperti survival. Peserta langsung diajak turun ke sungai untuk membersihkan sampah. Materi kedua adalah konservasi. Para peserta dibekali ilmu penjagaan lingkungan dan pelestarian alam. Materi berikutnya tali temali. Seluruh anggota harus paham bagaimana caranya merangkai dan menyusun tali temali dasar.
Dalam praktik survival para peserta berjalan dari Desa Siliragung menuju Desa Kesilir. Jarak tempuhnya sekitar 15 km. Selama perjalanan peserta harus bisa menahan lapar. Sebab tak dibekali makanan. Kecuali minuman setengah liter.
Seorang peserta Firmansyah Isnandar menceritakan, peserta kalau lapar hanya boleh memakan daun-daunan yang ditemui di jalan. ”Sebelum berangkat diberi pengetahuan ciri-ciri daun yang bisa dimakan itu tidak bergetah putih. Contoh daun jambu dan daun mangga. Tanaman ini banyak ditemukan di sepanjang jalan,” katanya.
Jika di tengah perjalanan menemukan pohon mahoni, sambung dia, oleh pembimbing disuruh mengambil isinya digunakan untuk obat nyamuk di malam hari.
”Setelah sampai di tempat kita diperbolehkan minum air tapi hanya secukupnya saja karena kita cuma dibekali air dalam botol 500 ml. Ini pengalaman pertama saya memakan daun yang rasanya pahit serta minum air dalam jumlah terbatas. Untuk menghindari dehidrasi selama perjalanan kita dianjurkan membawa gula merah yang bisa digunakan sebagai permen,” ceritanya lagi.
Habis Maghrib tes survival masih diberlakukan. Ketika semua berkumpul, peserta disuruh duduk berhadapan dan berjajar memanjang. Di tengah ada nasi dan lauk terbatas ditaruh di atas daun pisang. Setiap peserta bergantian saling menyuapi peserta di depannya. ”Dari sini kelihatan mana yang mengambil porsi makanan lebih besar,” ujarnya.
Menjelang pukul 24.00 semua peserta diajak ke kuburan Desa Kesilir untuk pengambilan syal anggota pecinta alam.
Bayangkan, keadaan gelap gulita. Tidak ada penerangan lampu sama sekali kecuali sebatang lilin diletakkan di atas makam sebagai penanda syal ada di situ. Nyala lilin yang bergoyang-goyang ditiup angin malah membuat suasana malam makin horor.
”Itu sangat menyeramkan,” ujar Susilowati, salah satu peserta perempuan dari kelas XI Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).
Ketika akan mengambil syal, tambah dia, harus jalan sendiri dari pintu masuk kuburan menuju tempat syal diletakkan. ”Yang bikin saya kaget dan spot jantung adalah ketika selesai mengambil syal dan berbalik arah mau keluar, di belakang saya ada kakak senior yang tidur di tempat keranda mayat yang terbuka. Saya sampai lari ketakutan,” katanya antara takut dan tertawa.
Pembina Orspala Agus Nur Ismail mengatakan, setelah semua rangkaian acara selesai, seluruh peserta di ajak mengikuti renungan malam.
”Tujuannya bisa memaknai bahwa kita pada dasarnya berasal dari tanah maka entah kapan waktunya akan kembali ke tanah lagi. Jadi selama masih diberi kesehatan dan kesempatan hendaknya bisa menjaga bumi dengan cara tidak merusak alam,” ujarnya.
Dia berharap, anggota Orspala menjadi teladan bagi seluruh siswa dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan cinta alam. (*)
Penulis Fela Layyin Editor Sugeng Purwanto