PWMU.CO – Ada empat kelebihan Muhammadiyah yang menyebabkan organisasi ini bisa bertahan sampai melampaui satu abad. Dalam usia 110 tahun Hijriyah atau 107 Masehi tetap kokoh bahkan makin berkembang.
Kalau empat kelebihan ini tetap menjadi kultur atau tradisi organisasi, maka Muhammadiyah akan terus berkembang dan menjadi bentuk nyata dari rahmatan lil alamin. Empat kelebihan itu ialah:
Pertama, Muhammadiyah digerakkan oleh semangat iman, bukan profit atau kentungan materi.
Inilah roh paling mahal dalam sebuah organisasi. Inilah semangat penting yang ditanamkan KH Ahmad Dahlan sejak awal berdirinya Muhammadiyah. Semangat iman itu melahirkan spirit beramal sekaligus keikhlasan.
Di meja KH Ahmad Dahlan ditulis potongan ayat 23 surat Aljatsiyah: afa ra aiyta manit takhadza ilahau hawahu. Tidakkah engkau perhatikan orang yang menjadikan nafsunya sebagai tuhannya? Dengan ayat itu KH Ahmad Dahlan selalu mengingatkan dirinya sendiri jangan sampai nafsu dan ambisi pribadi yang mendorong aktivitasnya.
Para penggerak Muhamamdiyah tidak pernah berhitung nanti dapat apa dari Muhammadiyah. Jusru sebaliknya mereka berfikir tentang apa yang bisa disumbangakan untuk kemajuan Muhammadiyah.
Banyak orang di luar heran bahwa orang Muhammadiyah telah bersusah payah membuat sekolah, klinik, rumah sakit, dan amal usaha lain. Namun semuanya diserahkan menjadi milik Muhammadiyah. Orang yang berkeringat dan bersusah payah itu tidak lagi punya hak atas gedung-gedung yang dibangun. Mereka rela dan gembira melakukan itu.
Banyak para pendiri ranting dan cabang di dusun-dusun yang jauh, menyerahkan sertifikat rumahnya kepada bank untuk bisa dapat uang dan diberikan kepada Muhammadiyah agar bangunan itu cepat selesai. Sampai sekarang hal ini masih terjadi.
Mereka tidak berpikir bagaimana kalau nanti angsuran tidak terbayar lalu bank menyita rumahnya atau tanahnya atau tokonya. Mereka dengan semangat iman yakin Allah akan memudahkan jalan dan akan membantu usaha mulia.
Kedua, Muhammadiyah itu organisasi kerja, bukan organisasi papan nama.
Jumlah ranting dan cabang Muhamamdiyah jauh lebih banyak dari pada jumlah papan nama yang berdiri. Papan nama mungkin penting tatapi bagi Muhammadiyah bukan yang utama. Yang utama kerja, kerja, dan kerja.
Apakah ini sebuah kelemahan? Entahlah. Jika di satu tempat tidak ada papan nama Muhammadiyah bukan berarti di situ tidak ada Muhammadiyah.
Sementara banyak organisasi yang papan namanya tegak berdiri tetapi tidak ada kegiatan nyata yang dilakukan. Kadang ada kegiatan tapi musim-musiman.
Dalam Muhammadiyah syarat berdirinya ranting bukan dihitung berapa banyak orang Muhammadiyah ada di tempat itu. Tetapi kegiatan apa yang telah berjalan dan amal usaha apa yang dimiliki. Mungkin punya masjid, taman kanak-kanak, kursus ini dan itu, pengajian rutin dan kegiatan lain. Kalau hanya punya jumlah orang, maka ranting di situ tidak akan boleh berdiri. Paling menjadi ranting persiapan.
Inilah yang menyebabkan amal usaha Muhammadiyah sangat banyak. Dan semuanya milik Muhammadiyah, bukan milik si fulan meskipun dia memberi konstribusi paling banyak. Amal usaha dan kegiatan itu dikelola sesuai aturan organisai. Loyalitas orang Muhammadiyah pada organisasi sering mengharukan.
Ketiga, anggotanya orang-orang terdidik atau terpelajar.
Budaya dalam Muhammadiyah adalah budaya rasional dan egaliter. Ini disebabkan anggota Muhammadiyah adalah orang-orang terdidik. Orang Muhammadiyah senantiasa bersikap kritis. Tidak mudah diyakinkan pada hal-hal yang tidak rasional. Sikap kritis dan egaliter menyebabkan orang Muhammadiyah juga kritis kepada siapa saja.
Seorang anggota biasa di sebuah ranting bisa mengkiritisi pimpinan pusat atas kebijakan yang dianggapnya kurang tepat. Itu biasa. Dan pimpinan pusat juga tidak tersinggung dengan sikap anggota ranting itu. Kultus individu tidak berlaku. Saling menghormat tetap dijaga tetapi kultus tidak ada.
Anggota Muhammadiyah rata-rata orang terdidik. Namun karena perkembangan ilmu pengetahuan sangat cepat, maka warga Muhamadiyah tak boleh berhenti belajar. Terutama soal teknologi informasi. Gerakan dakwah sangat perlu menggunakan IT. Di bagian ini Muhammadiyah terasa kedodoran. Angkatan muda wajib menguasai IT.
Keempat, punya brand image yang baik. Citra Muhammadiyah sangat baik.
Inilah modal yang menyababkan Muhamamiyah dipercaya. Membangun trust tidak bisa seketika. Memerlukan waktu panjang. Diuji pada tiap peristiwa dan kegiatan. Kini trust itu dimiliki Muhammadiyah.
Banyaknya wakaf yang diterima Muhammadiyah adalah salah satu bukti kepercayaan itu. Wakaf tidak hanya dari anggota Muhammadiyah tetapi banyak dari anggota masyarakat yang bukan orang Muhammadiyah.
Empat kekuatan itu jika tetap melekat pada Muhamamdiyah maka semakin tua persyarikatan ini akan semakin berjaya. (*)
Kolom oleh Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.