PWMU.CO – Sarapan nasi pecel dengan segelas teh hangat cukup membuat badan berenergi pagi itu sebelum melakukan rafting alias arung jeram.
Ahad pagi itu, para guru dan karyawan dari tiga lembaga Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Perumahan Pongangan Indah (PPI) mengikuti Outbound Synergy di Songa Adventure Probolinggo, Sabtu-Ahad (30/11-1/12/19).
Sebanyak 76 guru dan karyawan dari SD Muhammadiyah Manyar (SDMM), TK Aisyiyah 36 PPI, Playgroup Tunas Aisyiyah (PGTA) PPI Manyar Gresik dibagi menjadi bebeapa kelompok. Masing-masing terdiri 5-6 orang untuk satu perahu karet.
Rafting dilakukan di sungai Pekalen, yang bersumber mata air Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan. Sungai ini termasuk ‘abadi’ karena dapat diarungi selama musim kemarau meski arusnya tidak terlalu deras, seperti di bulan Januari-April.
Karena saat ini masih musim kemarau dan debit air minimal, rafting dilakukan di sungai bagian atas. Dengan memakai rompi pelampung dan helm serta berbekal dayung kami menuju titik awal arung jeram dengan mobil pick up.
Di sepanjang perjalanan tampak rumah penduduk dan berbagai tanaman. Ada tanaman jagung, alpukat, rambutan, dan nangka.
Karena mobil pick up tidak bisa sampai di titik start rafting, terpaksa kami melanjutkan dengan berjalan kaki. Beberapa perahu karet sudah menunggu kami, masing-masing dikawal oleh pemandu. Rute rafting seanang 10 km itu diperkirakan ditepuh dalam dua jam.
Sebelum dimulai, pemandu menjelaskan beberapa istilah seperti “maju” yang berarti mendayung maju’ “kanan-kiri” berarti dayung kanan-kiri; “stop” berarti berhenti dan dayung dipegang tegak lurus dengan posisi terbalik di atas perahu; “pindah kanan/kiri” yang berarti peserta harus berpindah duduk sesuai arah yang ditentukan; dan “goyang” berarti perahu karet digoyangkan.
Setelah menjelaskan beberapa istilah petualangan pun dimulai. Arus air lumayan tenang, kami mendayung pelan. Di saat arus deras dan pemandu berkata stop. Kami berhenti mendayung. Tangan satu memegang dayung yang tangan lainnya memegang tali yang ada di perahu.
Meskipun debit air minimal, tapi arus yang melewati bebatuan dan jatuh ke tempat yang lebih rendah masih cukup lumayan deras. Terdengar jeritan peserta yang disambung dengan tawa riang.
Saat perahu terdorong arus dan menabrak bebatuan, pemandu berteriak “goyang”. Semua peserta menggoyangkan perahunya agar perahu menjauh dari bebatuan. Jika perahu masih tetap diam di tempat, pemandu berteriak lagi pindah ke kiri atau ke kanan agar perahu bisa melaju kembali.
Salah satu peserta, Saiful Fatoni, sempat terjatuh dari perahu. Di awal terlihat kaget dan teman-temannya pun terlihat panik. Tetapi dia berusaha tenang dan mengikuti arus yang ada. Setelah dekat dengan perahu akhirnya dia pun ditarik naik ke atas oleh pemandu dan temannya.
Ketika ditanya kenapa bisa terjatuh, jawabannya pun mengundang tawa. “Kalau nggak jatuh nggak seru,” ucap karyawan SDMM bagian keamanan ini dengan santai.
Tak hanya sungai dengan bebatuan dan arusnya yang membuat kami takjub. Di tengah perjalanan tampak dari kejauhan indahnya air terjun yang turun dari tebing-tebing yang memanjakan mata. Semakin perahu mendekat semakin bertambah indah penampakannya terlihat. Apalagi saat itu sempat muncul pelangi di sekitar bebatuan tempat turunnya air terjun.
Di bagian dalam atas tebing, sekelompok kelelawar terlihat bergantungan. Hari belum senja, belum waktunya mereka keluar mencari makan. Bau khas kelelawar tidak menjadi masalah bagi para peserta untuk menikmati pemandangan indah itu. Di area air terjun ketiga, semua rombongan berhenti cukup lama. Mereka berenang-renang di sekitar area dan ber-selfie ria.
“Seru banget, apalagi di bagian goa kelelawarnya, bagus sekali view landscape-nya,” ucap Muhammad Ilham Yahya, guru SDMM yang ditugaskan menjadi Kepala SD Muhammadiyah 1 (Mutu) Bawean. Baginya ini adalah pengalaman rafting yang ketujuh.
Setelah semua puas menikmati keindahan alam sungai Pekalen, perahu kembali melaju. Peserta kembali menikmati petualangan mereka ber-arung jeram di derasnya arus sungai.
Cukup menguras energi dan membuat perut terasa lapar. Tapi tidak perlu khawatir, karena di tempat pemberhentian selanjutnya peserta disuguhi wedang poka dan gorengan yang bisa mengganjal perut.
Di titik akhir perjalanan rafting, perahu merapat ke kiri. Para peserta turun dan berjalan menanjak menuju mobil pick up yang menjemput. Dayung yang kami bawa cukup membantu sebagai penahan saat berjalan menurun dan menanjak selama perjalanan pergi dan pulang.
Beberapa mobil pick up yang sudah terisi dengan sejumlah peserta berangkat bergantian mengantar rombongan menuju base camp tempat berkumpul di awal persiapan.
Cukup puas petualangan rafting kali ini, bahkan rasanya ingin mengulanginya lagi. Setelah bersih diri di toilet yang disediakan, peserta menuju mushala untuk shalat.
Energi yang terkuras selama perjalanan arung jeram terganti dengan suguhan makan siang yang menggoda selera. Berbagai macam menu disajikan. Nasi putih dan nasi jagung dengan aneka ikan yang ada. Ditambah sayur lodeh dan potongan urap kacang panjang. Tak ketinggalan sambel terasi yang membuat semakin nikmat makan siang waktu itu.
“Saat mandi harap-harap cemas, menunya apa sesuai dengan lidahnya orang Gresik ya? Saat makan, alhamdulillah sungguh sesuai selera,” ucap Kurniawati, Kepala TK Aisyiyah 36 PPI.
Trek yang sangat panjang, sambungnya, mulai turun gunung sampai finish. Tiba di base camp barulah terasa lapar. “Namun rasa capek dan lapar terbayar dengan keindahan alam dan enaknya makanan yang dihidangkan,” ujarnya. (*)
Kontributor Anik Nur Asia Mas’ud. Editor Mohammad Nurfatoni.