PWMU.CO – Kepala Bidang Pendidikan Non-Formal (PNF) Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik Dra Hartini MPd menyampaikan Kebijakan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP), di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Ahad (8/12/19).
Di awal paparannya ia mengatakan, terdapat kesenjangan yang tinggi antara kemampuan siswa peserta ujian nasional (UN) dengan standar soal UN. Kadang-kadang ketika siswa kita akan ujian, lanjutnya, guru-guru melakukan drilling, apalagi ketika kurikulum 2013 yang menekankan karakter dan pengembangan yaitu penelitian, tidak pada hafalan. “Sementara soal-soal UN hampir semuanya hafalan,” ujarnya,
Selain itu, ia mengatakan persentase soal penalaran pada UN masih akan ditingkatkan. Menurutnya, soal UN masih banyak yang tidak penalaran, padahal anak dituntut berpikir tingkat tinggi. Maka banyak soal-soal penalaran yang memang harus dibuat.
“Jadi pertanyaan-pertanyaan yang muncul bukan sebutkan, tapi mengapa dan bagaimana. Karena dengan mengapa dan bagaimana itu diharapkan anak-anak kita nantinya mampu menalar suatu masalah di dalam kehidupan,” paparnya.
Ia melanjutkan, soal-soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada UN menuntut siswa untuk mengolah informasi membaca teks panjang. Tetapi mengapa pada ujian pelajaran Bahasa Indonesia, jarang siswa yang mendapat nilai maksimal.
“Anak-anak kita sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan. Karena kita sendiri, saya, waktu itu mungkin memberikan pelajaran evaluasi banyak yang instan. Sehingga ketika dihadapkan pola pikir yang rada dhuwur (agak tinggi), tidak semuanya mampu,” ungkapnya.
Mindset guru, kata dia, lebih fokus pada pelaksanaan assessment of learning (sumatif) dibanding assessment for learning (formatif). “Kalau assessmeent for learning, guru akan tahu, aku mau ngekeki (memberi) materi iki (ini), saya ingin uji coba apakah anak-anak memahami di sini,” tegas Hartini.
Oleh karena itu, perempuan kelahiran 1962 ini menegaskan tujuan pelaksanaan PKP yang saat ini sedang dijalani para guru. Ia menjelaskan, penekanan PKP pada peningkatan kompetensi bagi siswa. Arahnya pada bagaimana siswa-siswa itu lebih bisa berdaya saing dan berpikir tingkat tinggi.
Ia pun mengajak semua peserta PKP untuk mengajar dengan hati dan jiwa sehingga tidak ada lagi guru marah-marah. “Keikhlasan ini kunci utama. Sukses untuk semua, mudah-mudahan ke depan tambah bagus memberi materinya, tambah inovasi cara mengajarnya,” tuturnya. (*)
Kontributor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.