PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi mengaku ‘bosan’ datang ke Lamongan.
“Saya ‘bosan’ ke Lamongan. Kenapa saya bosan? Karena Muhammadiyah Lamongan ini tidak usah diurus oleh PP sudah jalan sendiri. Muhammadiyah Lamongan ibarat ‘kerajaan’ sendiri. Sampai-sampai sudah melebarkan sayapnya ke Malaysia,” ungkapnya.
Jadi, sambungnya, bagi Muhammadiyah Lamongan harus ada tantangan baru. Harus ada capaian baru lagi dari apa yang sudah ada sekarang ini,” ujarnya.
Haedra menyampaikan itu dalam Tabligh Akbar Milad Ke-107 Muhammadiyah yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan di Alun-Alun Kota Lamongan, Ahad (15/12/19).
Haedar menyampaikan, ada tiga hal yang mesti ditingkatkan oleh Muhammadiyah, umat Islam, dan bangsa Indonesia pada saat ini untuk menjadi manusia yang utama.
Pertama, penigkatan takwa. “Bertakwa itu susah, tetapi Allah menyuruh kita untuk bertakwa. Dengan takwa yang terbaik sehingga mampu membuat Islam sebagai mayoritas,” ungkapnya.
Haedar mengatakan, umat Islam kini sebagai mayoritas, padahal dulunya minoritas. Menurut dia, mengubah dari minoritas ke mayoritas itu tidak mudah. Tahun 2010 umat Islam sebanyak 88,21 persen. Kondisi ini karena kita mampu merawat keislaman.
“Alhamdulillah saat ini semangat beribadah sangat luar biasa, sampai-sampai pergi haji harus inden dulu. Gerakan shalat berjamaah sekarang juga luar biasa,” ungkap dia.
Kedua, kita harus meningkatkan ilmu. Salah satunya dengan membaca. “Setiap hari kita selalu membaca, tapi yang kita baca yang ada di WhatsApp” Kata Guru Besar Sosiologi Universtas Muhammadiyah Yogyakarta itu, yang disambut senyum hadirin.
Menurut Haedar, meningkatkan keilmuan dan pengetahuan itu perlu, sambil mengibaratkan saat KH Ahmad Dahlan saat meluruskan kiblat umat Islam. “Bukan hanya dimensi syariat, tapi juga menggunakan ilmu falak agar arahnya tepat ke kabah. Di mana KH Ahmad Dahlan memadukan antara keimanan dengan ilmu pengetahuan sehingga melahirkan konsep Islam yang modern,” terang suami Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah itu.
Peningkatan ilmu ini, kata Haedar, membuat Muhammadiyah telah melahirkan pelajar yang kuat dalam iman, dan juga dalam ilmu pengetahuan, serta mampu menjawab tantangan zaman. .
Ketiga, pria kelahiran Bandung, 28 Februari 1958 menyampaikan bagaimana kita bisa menjadikan bangsa ini maju. “Kalau memakai bahasa Muhammadiyah ‘Indonesia Berkemajuan’, Indonesia Berkemajuan sesuai dengan cita-cita kebangsaan kita, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
“Jadi harus ada kemajuan yang berarti. Dan salah satu untuk mencapai Indonesia berkemajuan itu adalah dengan terbuka pada kritik, karena kritik adalah gizi kita untuk maju.” ucapnya sambil mengibaratkan masa sebelum reformasi.
“Terakhir sebelum saya akhiri, sebagai umat Islam pasti kita mempunyai tujuan akhir. Yang namanya hidup tidak selalu baik, pasti ada masalah, begitu pula ketika kita berbuat baik. Orang Muhammadiyah jangan nggrundel kalau sudah berbuat baik, kok malah orang berprasangka buruk. Tawakal pada Allah, kita serahkan semua pada Allah, oleh karena itu selalu ikhlas dalam berbuat,” ucapnya.
Pulang dari tempat ini, sambungnya, mari kita gelorakan terus semangat untuk berakidah dan beribadah untuk membangun keshalehan. Haedar juga menggerakan semangat berilmu, sehingga orang-orang Muhammadiyah menjadi orang yang cerdas, berkercedasan.
“Yang selanjutnya kita harus terus menggerakkan ukhuwah kita sehingga kita menjadi satu kekuatan besar sebagai warga Muhammadiyah, umat Islam, dan bangsa. Yang terakhir kita harus terus berbuat yang terbaik bagi kemajuan bangsa. Dan semuanya, insyaallah akan menjadi berkah,” tutupnya. (*)
Kontributor Hendra Hari Wahyudi. Editor Mohammad Nurfatoni.