PWMU.CO – Orang-orang kafir telah berputus asa dalam upaya menaklukkan orang-orang beriman–hingga orang-orang beriman mengikuti millah mereka–dengan cara peperangan frontal. Mereka pasti kalah, karena orang-orang kafir takut mati ketika maju ke medan perang sedang orang-orang beriman ketika maju ke medan perang ingin menjadi syuhada (mati syahid).
Tapi, mereka mendapatkan cara baru yang sangat ampuh dalam upaya memenangkan peperangan sepanjang zaman untuk menaklukkan orang-orang beriman. Kini mereka masuk ke wilayah-wilayah yang sangat strategis dengan cara mengubah mindset sekaligus masuk ke dalam rumah dengan memengaruhi pola makan.
(Baca: Filosofi Martabak dan Filosofi Sujud)
Budaya leluhur kita yang begitu agung, begitu tinggi, dalam menyediakan dan menyiapkan makanan. Budaya yang jauh dari pemakaian zat-zat racun berupa pewarna, perasa, pengawet, serta bahan-bahan membahayakan lainnya yang ditambahkan pada proses produksi pertanian dan peternakan.
Cara dan pola makan yang begitu sehat tergeserkan oleh pola makan yang sangat tidak sehat. Dengan alasan kemudahan dan kepraktisan, kita terjebak dalam proses penyajian yang sangat tidak sehat.
Kita orang-orang yang beriman, yang semestinya menjadi trendsetter (karena memang begitu semestinya, bukankah kita yang ditinggikan derajatnya, dilindungi-Nya, diselamatkan-Nya) justru posisi itu terbalik. Kita saat ini justru menjadi follower. Kita merelakan mereka menjadi trendsetter. Padahal mereka adalah orang-orang yang sulit keluar dari jalan gelap, sulit keluar dari persoalan-persoalannya karena mereka justru senantiasa keluar dari jalan yang terang kepada jalan yang gelap.
(Baca juga: Meski Pola Makan Berubah 2 Kali dari 3 Kali Selama Puasa, Kenapa Harga Sembako Malah Lebih Mahal? dan 6 Penyakit yang Perlu Diwaspadai Terkait Lebaran)
Perang opini (ghazwul fikr) terus menerus mereka lakukan sampai kita, apalagi anak-anak kita, tak mampu lagi melihat mana yang benar dan mana yang salah. Kita, dan terutama anak-anak, tak mampu lagi membedakan mana yang harus dibela dan mana yang tidak.
Mindset kita diacak-acak, misalnya dengan slogan: “Hormatilah yang tidak puasa”. Juga “Lebih baik pemimpin yang kafir tetapi adil, daripada pemimpin Muslim tapi korup.”
Semangat berjuang. Tetap istiqamah dalam peperangan sepanjang zaman.
Kolom drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jatim