PWMU.CO – Sebuah perjalanan selalu membawa cerita tersendiri. Seperti yang saya alami saat berada di Bangkok Thailand. Pertama tiba di Bandar Udara International Suvarnabhumi, tampak nuansa metalik, semua seperti serba logam. Kaca yang mengelilingi sisi bangunan dan kerangka penyangga tampak kokoh.
Saya pun bergegas menuju imigrasi. Tidak ada masalah saat pemerikasan di situ. Usai pemeriksaan paspor dan departure card , Senin (23/12/19), saya lalu bergegas mencari moda transportasi untuk menuju penginapan.
Bagi sebagian orang yang baru kali pertama ke luar negeri, mungkin bingung dengan transportasi umum yang harus dipilih. Saya pun mengalami hal serupa, meski ini bukan untuk kali pertama saya ke luar negeri.
Saya pun menuju pintu keluar dan bertanya di pos informasi tentang transportasi umum yang bisa saya gunakan menuju hotel. Untuk kali pertama, saya berencama memilih taksi menuju hotel.
Salah satu trip advisor yang saya temui di pos informasi pun mengucap salam. Mungkin mereka mengenali muslim karena hijab yang saya gunakan. “My Muslim name is Hasan, my Thai name is Tone. I am Muslim,” ujarnya tersenyum ramah.
Seketika saya merasa lega, orang pertama yang saya temui ternyata Muslim. Ia juga bisa berbahasa Inggris sehingga memudahkan saya berkomunikasi.
Ia kemudian menuliskan dengan huruf Thai lokasi hotel yang saya inginkan pada selembar kertas kecil dan meminta saya menyerahkannya kepada sopir taksi. Ia juga memberi tourist map dan menjelaskan beberapa destinasi wisata di Bangkok.
Untuk bisa mendapat taksi, dari loket informasi saya turun 1 lantai dan mengambil tiket antrean pada mesin tiket di sana. Saya pun terkejut melihat antrean taksi yang sudah ada di tempat masing-masing.
Tempatnya sedikit gelap dengan tulisan menyala LANE 15, LANE 16, dan seterusnya berurutan. Tiket yang saya peroleh bertuliskan LANE 8 lengkap dengan nama sopir, tipe kendaraan, nomor telepon sopir, dan nomor lisensinya.
Saya pun bergegas mencari tulisan LANE 8 dan menyerahkan kertas tadi kepada sopir. “Okay, 500 Baht include tol,” ucapnya mengiyakan dengan tarif 500 Baht termasuk tol. Kurs 1 Bath = Rp 475.
Saya agak kaget saat dia menyebut tol. Lalu saya pastikan dengan menanyakan ulang, apakah tol yang dimaksud adalah highway. Ternyata benar. Mereka menyebut tol di Thailand. Saya pun bersyukur sopir taksi di sini juga mahir berbahasa Inggris. Jadi jangan khawatir, gak perlu pakai bahasa isyarat.
Jarak dari Bandar Udara International Suvarnabhumi ke Ibis Style Hotel, Sukhumvit Road 48—hotel tempat saya tinggal selama 4 hari ke depan—cukup jauh. Sekitar 25 menit melewati tol ditambah 7 menit lepas tol, dengan kecepatan 90-100 km/jam. Pengemudi taksi cukup ramah, namun kenyamanan mengendarai mobil perlu lebih tenang lagi.
Selamat mencoba! (*)
Kontributor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post