PWMU.CO-Dalam pengajian PCM Karangrejo Tulungagung, penceramah Anang Wahid Cahyono Lc MA mengupas empat ciri manusia menurut Abu Hamid Al Ghazali yang ditulis dalam kitab Ihya Ulumudin.
Pengajian memperingati Milad Muhammadiyah ke 107 dan Koperasi BTM An Nuur itu digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Ahad (22/12/2019).
Anang menyebutkan, ciri pertama manusia yang tahu dan dia tahu bahwa dia tahu, maka ikutilah dia. ”Dia itu akan menjadi panutan yang baik dalam hidup manusia yang mengikutinya, insya Allah,” kata ustadz dari Trenggalek ini.
Ciri kedua, kata dia, orang yang tahu namun dia tidak menyadari bahwa dirinya itu tahu. ”Bangunkan dan ajari, karena orang yang seperti ini mempunyai potensi untuk menjadi tahu,” tuturnya.
Sedangkan ciri ketiga, sesorang yang tidak tahu kalau dia tidak tahu. Ini, lanjutnya, adalah orang perlu mendapatkan petunjuk, maka sudah menjadi kewajiban kepada orang tahu untuk memberi petunjuk kepada orang seperti ini.
Ciri keempat, sambungnya, orang bodoh dan tidak menyadari kebodohannya. ”Wis ra pinter sik kemlithi (ga pandai tapi sombong),” tandasnya disambut tawa jamaah. Orang seperti ini tidak bisa dijadikan panutan, bahkan harus dijauhi.
Anang, sapaan karibnya, mengajak pimpinan Muhammadiyah merenungi sekaligus menjalankan surat Ali Imron ayat 200 sehingga warga persyarikatan bisa bertambah banyak.
Hal yang harus dilakukan pengurus menurut ayat tersebut adalah pertama, sabar. Sabar dalam berbagai hal antara lain menghadapi syahwat, menghadapi orang yang belum paham dan sabar ketika bertemu musuh.
Kedua, sabar di atas harus ditingkatkan, sehingga harus sabar di atas sabar dalam hal apapun. Ketiga, pengurus Muhammadiyah harus mempunyai perencanaan yang matang terhadap organisasi yang dipimpinnya.
”Usaha pertama, kedua, dan ketiga sudah dilaksankan maka yang keempat adalah taqwa,” tandasnya. Pengertian taqwa, menurut dia, mematuhi segala perintahNya dan menjauhi larangaNya.
”Selain itu harus fasih membaca Alquran dan pasrah dengan apapun hasil yang diberikan Allah walau tak sesuai dengan harapan,” tandasnya. (*)
Penulis Hendra Pornama Editor Sugeng Purwanto