PWMU.CO – Menemukan makanan halal dan komunitas Muslim di Bangkok, Thailand, bukanlah hal yang sulit. Seperti yang saya alami selama tiga hari di Bangkok, Senin-Kamis (23-26/12/19).
Tinggal di Ibis Styles Hotel, Sukhumvit Road 48, Bangkok, sekitar Sukhumvit Road, ada beberapa rumah makan yang cocok untuk Muslim seperti saya.
Selain itu, ketika saya menghadiri jamuan makan malam di sebuah hotel berbintang di Bangkok, pelayan secara langsung memilihkan menu makanan halal. “This menu is safe for Muslims,” ujarnya sambil menunjuk beberapa daftar menu. Padahal, saya baru duduk dan belum menanyakan menu mana yang halal. Sementara di Tanah Air yang mayoritas Muslim justru sering saya harus bertanya terlebih dulu, soal makanan halal ini, di beberapa restoran.
Pemandangan yang juga mengesankan, beberapa kali saya bertemu Muslimah di di negeri yang penduduknya mayoritas Budha. Mulai dari penjual jajanan di sepanjang Chao Phraya River, anak-anak sekolah, juga ibu-ibu yang sedang berkendara motor. Ada juga beberapa turis Muslim yang saya temui di tempat wisata.
Yang juga menarik untuk dicatat, ada kebiasaan mendahulukan orang lain. Seperti yang saya alami saat berkunjung ke Grand Palace Bangkok di hari kedua. Ketika akan memasuki salah satu kuil, saya berbarengan dengan satu turis asing. Kami sama-sama berhenti di depan pintu kuil. Kemudian ia dengan cepat mempersilahkan saya berjalan lebih dulu sambil tersenyum.
Di hari ketiga, saat telah duduk di dalam minibus dan mencari air mineral yang sejak awal saya bawa, tiba-tiba pengemudi minibus memberikan air mineral sambil menanyakan apa itu punya saya. Ternyata saya lupa meninggalkan air mineral saat membeli tiket minibus. Petugas loket memberikan botol air mineral saya kepada pengemudi minibus yang saya tumpangi. “Alhamdulillah,” ucapku.
Di tengah menikmati patung Budha berbaring di Wat Lokaya Sutha, saya dan suami bergantian saling mengabadikan momen. Maklum, kami hanya bertiga. Saya, suami (Dian Barkah), dan anak (‘Abidah Kaysah Al Barkah). Tiba-tiba seorang turis mendatangi kami dan menawarkan bantuan memotret. “Do you want to take a photo with your family? I can help you,” ujarnya kepada saya. Saya kaget saat itu.
“Yes, ofcourse. Thanks for your help,” jawabku. Akhirnya, kami punya foto bertiga. Sungguh sangat membantu.
Di akhir perjalanan saya kembali ke hotel, saya merasa ingin ke toilet saat tiba di BTS Phra Khanon. Sempat bingung karena tidak menemukan toilet, saya pun bertanya kepada petugas. Petugas tampak memahami maksud saya, namun sulit menjawab dalam bahasa Inggris. Ia pun memberi isyarat dan menelpon teman perempuannya. Tak lama, petugas perempuan datang. Ia sangat tamah dan penuh senyum mengantar saya ke toilet khusus petugas. Alhamdulillah, mereka sangat terbuka.
Semua yang saya alami di Bangkok menyadarkan saya pentingnya membahagiakan orang lain. Pelayanan yang ramah, suka menolong siapa pun walau tak saling kenal, dan bertanggung jawab atas tugasnya. Semoga menginspirasi. (*)
Kontributor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.