PWMU.CO – Jelang kembali ke Tanah Air, jamaah umrah PT Relasi Laksana Wisata menyempatkan berziarah ke Kota Thaif, Kamis (26/12/19).
Jarak Kota Mekah dengan Kota ThQoif sekitar 80 km ditempuh dalam waktu hampir dua jam dengan bus. Berbeda dengan Kota Mekah yang gersang dengan perbukitan batu, di Kota Thaif banyak terdapat perbukitan hijau, kebun-kebun buah, dan suhunya cukup dingin. Dengan kesuburan tanahnya, Thaif terkenal dengan kekayaan produk pertanian.
Di Thaif terdapat beberapa tempat yang bersejarah seperti Masjid Ku’, masjid tempat Rasulullah SAW dilempari batu oleh penduduk Thaif. Ada juga Masjid Abdullah bin Abbas yang digunakan Rasulullah SAW untuk shalat Dhuhur dan Ashar dengan jamak taqdim qashar.
Di samping kanan lokasi shalat perempuan Masjid Abdullah bin Abbas terdapat makam Abdullah bin Abbas yang merupakan sepupu sekaligus Sahabat Rasulullah SAW yang berpengetahuan luas dan banyak meriwayatkan hadis sahih.
Jamaah umrah PT Relasi Laksana Wisata berkesempatan shalat Dhuhur-Asyar dengan jamak taqdim. Kemudian rombongan melanjutkan kunjungan ke Perpustakaan Abdullah bin Abbas. Di dalam perpustakaan itu, muthawif Agus Salim menjelaskan koleksi perpustakaan, misalnya beberapa tulisan Alquran yang dipahat di atas batu prasasti atau Alquran tulisan tangan sampai dengan Alquran tulisan cetak.
“Perpustakaan ini menyimpan beragam koleksi, mulai dari prasasti Alquran dan kitab hingga ribuan kitab klasik dan kontemporer,” jelasnya.
Taklukkan Gua Hira
Setelah berziarah ke Kota Thaif, sebagian jamaah umrah berziarah ke Gua Hira yang ada di Jabal Nur Mekah. Beberapa jamaah yang sudah berusia lanjut pun bisa mencapai Gua Hira meskipun harus berjalan kaki menaiki bukit yang cukup tinggi selama lebih dari satu jam saat sore sampai hari.
Samat Kadiyo, jamaah asal Tuban menyampaikan rasa gembiranya sesaat setelah sampai Gua Hira. “Alhamdulillah, bahagia rasanya bisa mendaki Jabal Nur dan memasuki Gua Hira. Saya ingin tahu tempat Rasulullah saat menerima wahyu pertamanya,” ujarnya.
Saat di dalam gua, sambung dia, saya merasakan tempat tersebut hening, dingin, dan gelap. “Saya berdoa kepada Allah agar saya sekeluarga diberikan kesehatan dan kebahagiaan hidup di dunia akhirat,” tutur penghobi bersepeda yang sudah berusia 55 tahun itu. (*)
Penulis M Fadloli Aziz. Editor Mohammad Nurfatoni.