PWMU.CO – Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di dunia, tak bisa dipungkiri banyak tantangan yang menghampiri Muhammadiyah. Bahkan tantangan itu tidak hanya datang dari dalam negeri. Melainkan juga dari pihak asing.
Prof Din Syamsuddin dalam acara Halal Bi Halal dan Silaturrahim Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di DOME Universitas Muhammadiyah Malang, Minggu (17/07) mengatakan bahwa isu adanya skenario dari pemerintah Indonesia untuk mendiskreditkan Muhammadiyah adalah omong-kosong.
“Tidak benar itu. Saya berkeyakinan, Muhammadiyah terlalu besar untuk didiskreditkan. Dan juga, negara dan pemerintah pasti akan rugi jika kehilangan Muhammadiyah,” tegas Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
(Baca: Kata Din Syamsuddin Tentang WhatApps Hasanah dan Dlalalah dan Belajar dari RSI Purwokerto, Pentingnya Bangun Strategi Taktis untuk Selamatkan Aset)
Menurut Din, niat buruk itu boleh jadi ada pada pihak corporate asing, terutama perusahaan-perusahan minyak dan gas. Kekecewaan mereka terhadap Muhammadiyah bermula ketika Din Syamsuddin yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Umum Muhammadiyah melakukan gerakan berupa jihad konstitusi.
“Dalam gerakan itu, kami juga menggugat UU Migas. Saya yakin pihak asing, seperti Amerika, Inggris, dan lain-lain tidak suka dengan langkah-langkah itu. Mereka menganggap jika gerakan itu kuat, maka akan merugikan kepentingan kapitalis yang sudah bercokol di berbagai bidang,” kata Din.
Din berkisah, sebelum Muhammadiyah, dulu sudah ada pihak lain yang coba menggugat UU Migas. Mendengar hal tersebut, maka semua perusahaan asing langsung bereaksi. “Mereka berkumpul dalam forum dan mengancam akan menuntut Indonesia ke Mahkamah Internasional jika UU Migas dibatalkan,” terang Din.
(Baca: Inilah Penyebab Menurunnya Prosentase Umat Islam di Indonesia dan Orientasi 767 Siswa Baru Ini Tempati Gedung Sekolah Senilai Rp 28,8 Miliar)
Setelah berhasil membuat jera penggugat sebelumnya, kemudian Muhammadiyah kembali mempersoalkan UU tersebut. Muhammadiyah saat itu, cerita Din, mengajak ormas-ormas lain dan para tokoh, seperti Hasyim Muzadi dan Mahfud MD.
“Apa yang dilakukan Muhammadiyah rupanya membuat mereka (corporate asing) kecewa. Mereka kemudian mengancam Muhammadiyah. Namun, saya meyakini bahwa Muhammadiyah terlalu besar untuk didiskreditkan,” tegasnya.
(Baca: Jihad Konstitusi Harus Dilanjutkan dan Ini Kisah Din Syamsuddin saat Disomasi Kelompok Atheis)
Din menambahkan, selain kecewa dengan gugatan Muhammadiyah, beberapa corporate asing juga tidak suka jika ada kekuatan Islam yang kokoh dalam suatu negara. Kekuatan yang dimaksud bukan sekedar secara formalistik, seperti tata negara Islam. Tetapi juga kekuatan Islam yang secara rasional bisa menggoyahkan kepentingan-kepentingan asing.
“Mungkin Muhammadiyah dianggap sebagai kekuatan rasional itu. Makanya, mereka mencoba mendiskreditkan Muhammadiyah. Tapi sekali lagi saya yakin, Muhammadiyah terlalu besar untuk didiskreditkan,” pungkasnya. (ilmi)