PWMU.CO – Millenial influencer Sherly Annavita Rahmi menyampaikan empat tipikal manusia dalam melihat masa depan.
Dia menyampaikan hal itu dalam seminar nasional yang diselenggarakan Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMA Muhammadiyah 6 Paciran, Lamongan, di halaman sekolah, Ahad (5/1/20).
“Masa depan adalah milik mereka yang mau mempersiapkannya hari ini. Tidak bergantung pada gender, ras, tanah kelahiran bahkan dari rahim siapa kita dilahirkan,” ujarnya.
Dara kelahiran Aceh itu menyampaikan, tanpa membedakan gender, ras, hinggal asal-usul, setiap individu, setiap orang, memiliki kesempatan yang sama untuk masa depannya.
Empat Tipe Manusia
“Terkait cara pandangnya melihat masa depan, manusia dibedakan menjadi empat tipe jika ditanya tentang masa depan,” ucap Sherly.
Pertama, manusia pesimis. Jika manusia jenis ini ditanya tentang masa depan, mereka akan selalu menjawab dengan awalan, “Ah!”
Tipikal seperti ini, sambung Sherly, adalah mereka yang lebih dulu mengecilkan diri mereka sendiri sebelum orang lain. “Mengkerdilkan potensi yang dititipkan oleh sang Maha Kuasa pada dirinya sebelum lingkungannya,” ujarnya.
Tipikal kedua adalah manusia realistis. Jika manusia jenis ini ditanya tentang masa depan, mereka akan selalu nyaris menjawab dengan awalan, “Ya sudahlah!”
Tipikal manusia seperti ini, selalu terbentuk dari lingkungannya, bukan mereka yang membentuk lingkungannya. Mereka juga selalu mendengarkan narasi orang lain, bukan menciptakan narasi untuk didengarkan oleh orang lain.
“Tiga kata yang akan menghancurkan orang tipe ini adalah, ‘Apa kata orang.’ Sungguh beruntung bila lingkungannya selalu mendukung visi dan cita-cita hidupnya. Bagaimana kalau tidak? Sekali hidup habis untuk mendengar apa kata orang saja.” ujarnya.
Optimis dan Progresif
Tipikal ketiga, manusia optimis. Sherly menjelaskan manusia tipikal ini ketika ditanya tantang masa depan, mereka akan selalu melihat dari sudut pandang positif.
“Lima hingga 10 tahun ke depan saya sudah memiliki yayasan. Minimal di yayasan yang saya miliki terdapat dua sekolah. Setiap sekolahnya saya sudah mampu memberikan beasiswa untuk 500 anak, sehingga saya bisa mengurangi angka putus sekolah karena alasan finansial. Begitulah kata orang-orang tipikal ini,” papar dia.
Tipikal manusia seperti ini tidak mendefinisikan siapa mereka saat ini, tapi siapa mereka nanti. Meskipun seribu orang berkata mereka ‘tidak mungkin’, mereka akan berkata, ‘Akan saya buktikan’.
Tipikal yang keempat, manusia progresif. Sherly menjelaskan, manusia hidup dengan aturan yang berlaku. Itu yang membuat manusia terus on the track. Manusia yang progresif tak peduli bagaimanapun kondisi menghimpit, situasi menjepit. Mereka akan terus berusaha dan terus bergerak.
“Tiga kunci manusia-manusia progresif, mereka akan selalu menemukan ide-ide kreatif, inovatif, namun tetap solutif, sehingga di tangan manusia progresif akan terus terjadi pembaharuan,” tandasnya.
Menurut Sherly, tidak ada alasan bagi pemuda bersikap reaslistis apalagi pesimis. Satu-satunya tangga yang pantas bagi pemuda adalah optimis pelan-pelan mengembangkan diri menjadi progresif.
“Kesempatan lebih senang datang dan hinggap kepada mereka yang duluan bersiap,” imbuh Sherly menyelipkan kata-kata motivasinya. (*)
Kontributor/Penulis Dennis Nugroho. Editor Mohammad Nurfatoni.