PWMU.CO-Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia menggelar Sarasehan Keumatan dan Kebangsaan bersama Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Arsul Sani SH MSi, Senin malam (6/1/2020).
Acara bertempat di Rumah Dakwah Muhammadiyah di Kuala Lumpur itu juga bekerja dengan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Malaysia.
Ketua PCIM Malaysia Dr Sonny Zulhuda dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya atas inisiatif Arsul Sani untuk menyambangi markas PCIM.
“PCIM Malaysia berkomitmen dalam hal pembangunan politik keumatan. Mudah-mudahan MPR bisa sebagai sahabat dan mitra kebangsaan dan keumatan untuk bergerak bersama,” ujarnya.
PCIM dan Muhammadiyah, lanjutnya, memang tidak berkecimpung dalam politik praktis. “Tetapi organisasi yang sudah berusia satu abad lebih ini berharap melalui berbagai program pendidikan, pencerdasan bangsa dan pergerakan sosial ekonomi, Muhammadiyah dapat menciptakan ekosistem sebuah negara yang adil makmur baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur,” ungkapnya.
Sementara itu Arsul Sani menyatakan, MPR senantiasa bermitra dengan berbagai unsur masyarakat untuk memastikan proses politik berjalan dengan baik. “Dalam kaitan ini, komunikasi dan kerja sama dengan Persyarikatan Muhammadiyah baik secara formal maupun informal menjadi sebuah keniscayaan,” paparnya.
Menurut Arsul, PP Muhammadiyah sangat kooperatif dan suportif terhadap MPR dan agenda kebangsaan. “Dengan konsep Daarul Ahdi wa Syahadah, Muhammadiyah mendukung secara konstruktif konsensus kebangsaan yang diformulasikan dalam Empat Pilar Kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” jelas pria yang juga sekretaris jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.
Hal ini diperjelas, sambungnya, dalam pertemuan pimpinan MPR RI bersama Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Desember 2019.
“Saat itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan amandemen UUD 1945 harus didasari atas kepentingan dan hajat hidup orang banyak. Salah satunya yaitu pentingnya menghidupkan kembali Garis Besar Haluan Negara (GBHN),” imbuhnya.
Dia mengakui sumbangan Muhammadiyah dalam membangun dan memperkuat konsensus kebangsaan sangat istimewa. “Kelebihan Muhammadiyah adalah selalu memberikan masukan yang konstruktif yang didukung dengan konsep yang baik. Selain itu, konsep tersebut selalu disampaikan melalui mekanisme yang ilmiah, akademis dan efektif. Intinya, sumbangan Muhammadiyah mencerminkan pergerakan yang mencerdaskan dan konstruktif,” urainya.
Dalam mendampingi pemerintahan Jokowi, ujarnya, partainya diharapkan dapat memainkan peranan untuk menjaga presiden agar sedapat mungkin mengakomodasi kepentingan keumatan. “Termasuk di antaranya pengembangan pendidikan pesantren dan penguatan potensi ekonomi keumatan dan kebangsaan,” tuturnya.
Arsul berharap PCIM Malaysia dapat turut menyukseskan agenda kebangsaan dan keumatan di kalangan komunitas WNI dan warga lokal di Malaysia.
“Ini penting mengingat besarnya jumlah penduduk WNI yang ada di Malaysia dan juga strategisnya hubungan bilateral Indonesia-Malaysia. Dalam konteks itu ke depannya akan dicanangkan program-program kolaboratif antara PCIM Malaysia dan MPR RI,” harapnya. (*)
Kontributor Sugiran Editor Sugeng Purwanto