PWMU.CO-Prinsip nilai dakwah Muhammadiyah itu tegas tapi sampaikan dengan cara yang menggembirakan sehingga pesan bisa diterima audiens dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik.
Demikian disampaikan Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya Drs Suhadi M. Sahli MPdI dalam pengajian PCM Lakarsantri bertempat di MIM 28 Raya Bangkingan, Ahad (12/1/2020).
Suhadi mencontohkan, dalam penetapan fiqih Muhammadiyah hanya mendasarkan pada hadits yang sahih. ”Jadi hadits dhoif yang tidak jelas sanadnya mesti ditolak walaupun matan haditsnya cocok dengan masalah yang dibahas,” katanya.
Contoh ada hadits riwayat Muslim وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ Artinya, siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
Menurut dia, hadits sahih ini jelas menyebutkan siapa yang suka mencari ilmu seperti menghadiri majelis pengajian maka akan dilapangkan jalan menuju surga.
”Sampaikan hadits ini dengan baik. Kalau ada jamaah yang tidak hadir maka datangi rumahnya. Sambangi orangnya. Tanyai kenapa gak hadir. Kalau dia sakit maka kunjungi dengan membawakan sesuatu, inilah dakwah menggembirakan,” tuturnya.
”Jangan sampai orang yang tidak hadir di pengajian dikafir-kafirkan, dimurtad-murtadkan akibatnya orang malah memusuhi kita,” tandasnya.
Jangan Sombong karena Ilmu
Dia memang prihatin dengan perilaku sebagian orang yang mengaku Islam tapi tidak mau shalat, zakat, berhaji. Mengaku Islam, mengerti agama tapi korupsi, sombong, atau berperilaku menyalahi syariat padahal dia tahu ilmunya.
Misalnya, ada anggota DPR yang makelaran jabatan dengan membayar uang. Akhirnya dia menerima akibatnya ditangkap KPK.
Ada lagi orang yang ikut natalan di gereja. Bahkan mengajak santrinya shalawatan di depan jamaah gereja. Lalu berceramah natalan dan membanggakan diri sebagai orang yang bersikap toleran.
”Padahal itu kan cuma cari sensasi atau duit. Karena toleransi tidak seperti itu maknanya. Toleransi dibolehkan tapi jangan kebablasan,” paparnya.
Tentang toleransi, kata dia, ajaran Islam berpegang pada surat Al Kafiruun yang prinsipnya bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
Dia mengingatkan agar umat muslim berperilaku sesuai ajaran Islam. Jangan berlaku sombong karena merasa sudah mempunyai pengetahuan agama. Sebab orang yang sombong pasti diuji oleh Allah dengan sesuatu yang disombongkan.
Misalnya, dulu ada orang yang sombong berkata, kalau dia jadi gubernur pasti dapat menyelesaikan banjir di ibukota. Ketika sudah jadi gubernur ternyata kota masih banjir lalu dia berkata, kayaknya banjir lebih mudah diselesaikan jika dia jadi presiden. Saat sudah jadi presiden, ternyata banjir masih juga datang lalu dia berkata ibukota pindah saja ke tempat lain. Ketika banjir besar masih terjadi di ibukota lantas dia salahkan gubernur yang menjabat sekarang tidak berbuat apa-apa.
Peristiwa itu harus menjadi pelajaran agar tidak menjadi musibah. Kemudian dia membacakan surat Al Hadiid ayat 16 yang artinya, belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto