PWMU.CO – Ciri-ciri ibadurrahman dibahas dalam kultum Mas’udah jelang rapat bulanan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik.
“Ciri-ciri ibadurrahman, hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih, terdapat dalam surat Alfurqan,” ucap Mas’udah SPdI, di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Kamis (9/1/20).
Ia menjabarkan ciri-ciri yang terdapat dalam Surat Alfurqan Ayat 63-68. Pertama adalah apabila berjalan di atas bumi dia rendah hati, tidak sombong, angkuh, congkak.
“Kalau ada orang yang jahil menyapa mereka, dibalas dengan kata-kata yang baik, tidak ditanggapi dengan kemarahan,” terangnya.
Ciri kedua yaitu orang yang menghabiskan waktu malam hari dengan bersujud. “Orang-orang yang suka bangun malam untuk bertahajud akan dipanggil Allah dan mendapatkan surga,” kata Mas’udah.
Dia menjelaskan, dalam sebuah hadist, ketika orang di Padang Mahsyar nanti akan binggung, maka Allah akan memanggil mereka. Dan berdirilah orang yang menjauhkan lambung mereka dari tempat tidur. “Mereka bangun dan bersujud kepada Allah. Mereka akan mendapatkan jaminan mendapatkan surga,” ujar Mas’udah.
Ciri selanjutnya adalah orang yang selalu berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkan adzab jahanam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.
“Insyaallah ibu-ibu sudah meminta di dalam setiap tahiyat pada waktu shalat, kita meminta dijauhkan dari adzab tersebut,” ucap Sekretaris Majelis Tabligh PDA Kabupten Gresik ini.
Ibadurrahman Itu Tidak Pelit
Surat Alfruqan Ayat 67 menerangkan ciri selanjutnya, yaitu orang yang apabila menginfakkan harta tidak berlebihan dan tidak pula kikir. “Termasuk orang yang membelanjakan harta mereka untuk keperluan keluarga, tidak berlebihan dan jangan terlalu pelit ya Ibu-Ibu,” ujarnya diikuti tawa peserta rapat.
Ciri terakhir adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina.
Barang siapa, lanjutnya, yang melakukan ketiga hal buruk tersebut, niscaya dia akan mendapatkan hukuman yang berat.
“Tidak menyekutukan Allah artinya tidak menyamakan Allah dengan apapun. PanggilanNya harus diprioritaskan. Contohnya ketika kita asyik dengan WhatsApp, sosmed kita terkadang panggilan Allah masih dinomerduakan, lah ini yang harus kita ubah,” ucapnya.
“Jadi marilah kita bersama-sama saling mengingatkan untuk berbuat kebaikan. Mari kita mengerjakan ciri-ciri seperti yang telah disebutkan tadi agar kita menjadi ibadurrahman,” ajaknya. (*)
Penulis Anik Nur Asia Mas’ud. Editor Mohammad Nurfatoni.