PWMU.CO – Din Syamsuddin berharap Tulungagung, seperti namanya: tulung dan agung, bisa menjadi pertolongan besar bagi bangsa Indonesia saat ini.
Din Syamsuddin mengatakan hal itu dalam Tabligh Akbar memperingati Milad Ke-107 Muhammadiyah yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tulungagung, di GOR Lembu Petung, Ahad (12/1/20).
Din Syamsuddin mengaku tak asing lagi dengan Tulungagung. Beberapa kali dia sudah mengunjungi kota itu, di antaranya ketika menjadi Dirjen Binapenta Depnaker periode 1998-2000.
Saat itu dia datang ke Tulungagung untuk memberikan pembinaan kepada Pemerintah Kabupaten Tulungagung terkait tenaga kerja (TKI) Indonesia, yang salah satu penyumbang terbesarnya berasal dari Tulungagung.
“Dulu TKI se-Indonesia bisa menghasilkan devisa buat negara Rp 8 triliun. Tapi sekarang setelah tadi ngobrol dengan Bupati Tulungagung Maryoto Bhirowo MM untuk Tulungagung saja devisa yang masuk mencapai Rp 2,1 trilyun tiap tahunnya,” ungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP) periode 2005-2010 dan 2010-2015 ini.
Jumlah segitu, tambahnya, merupakan sumbangan besar tenaga kerja kita kepada kemajuan Tulungagung.
Baca Berita Terkait
Din Syamsuddin, Begini Cerita Kehadirannya di Tulungagung
Sebelum datang ke GOR Lembu Peteng, Din Syamsuddin disambut oleh Bupati Tulungagung Maryoto Bhirowo di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso.
Di situ Din Syamsuddin dijelaskan oleh Maryoro Bhirowo tentang makna nama Tulungagung yang terdri dari dua kata. Yaitu tulung (pertolongan) dan agung (besar).
“Saya berharap Tulungagung bisa menjadi pertolongan yang besar bagi bangsa ini. Kedua, Tulungagung berarti sumber yang besar, di mana dulu ada sumber air yang besar di tengah alun-alun kota yang airnya tidak pernah mati,” cerita mantan Wasekjen Partai Golkar itu.
Saat Din Syamsuddin Ditanya Gaji Ketua Muhammadiyah
Doktor lulusan University of California, Amerika Serikat tahun 1996 ini juga bercerita ketika dirinya didatangi utusan Uni Eropa yang menanyakan berapa gaji Ketua Umum PP Muhammadiyah.
“Ber-Muhammadiyah teologinya memberi dan melayani. Bukan meminta-minta. Maka tidak mengherankan jika pimpinan Muhammadiyah mulai dari pusat hingga daerah tidak mendapatkan gaji atau honorarium. Prinsipnya tangan di atas lebih mulia,” ujar Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 1989-1993 itu.
Din Syamsuddin juga mendapat pertanyaan, apa yang membawa jutaan warga Indonesia menjadi anggota Muhammadiyah?
Menjawab pertanyaan itu, Din Syamsudin menjawab, “Karena mencari ridha Allah.” Dia lalu bererita bagaimana ikhlasnya warga Muhamamdiyah.
“Dulu ketika mengisi ceramah di daerah, banyak jamaah tabligh akbar yang datang berbondong-bondong dengan truk. Truk yang isinya berkerudung kuning berbatik hijau,” cerita Din Syamsuddin.
“Siapa pun yang ber-Muhammadiyah, sama saja dia sedang hidup berfisabilillah. Hidup di jalan Allah,” tutur Pak Din Syamsuddin yang kini menjabat Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Universitas Muhammadiyah Kristen?
Di bagian lain, Din Syamsuddin mengatakan, Muhammadiyah selalu mendukung pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga sesuatu yang lumrah jika pemerintah mendukung dakwah Muhammadiyah. “Hubungan yang akrab ini harus terus-menerus dipelihara,” katanya.
Menurut Din Syamsuddin, warga Muhammadiyah juga berkeyakinan jika Pancasila merupakan keberkahan bagi umat Islam sebagai hasil perjuangan Muhammadiyah dan ormas yang lain.
“Maka keberkahan ini patut dijaga, agar keberkahan ini tetap terjaga untuk kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” terangnya.
Implementasinya, sambung dia, Muhammadiyah memberikan keberkahan kepada siapapun, tidak peduli agama, suku dan etnisnya.
Din Saymsuddin lalu memberikan beberapa contoh ‘berkah’ Muhammadiyah untuk bangsa. Seperti Universitas Muhammadiyah Kupang yang sering diplesetkan menjadi Universitas Muhammadiyah Kristen karena 75 persen mahasiswanya Kristen.
Universitas Muhammadiyah Sorong yang 9000 mahasiswanya dari Kristen. Di Kabupaten Sorong juga ada Universitan Pendidikan Muhammadiyah 85 persen dosen dan mahasiswanya juga dari Kristen.
“Walikota Jayapura sekarang yang bernama Benhur Tomy Mano atau yang akrab disapa BTM merupakan alumni SMP Muhammadiyah YAPPIS Abepura. Dan beliau bangga pernah bersekolah di Muhammadiyah,” ungkap Din Syamsuddin.
Candaan Din Syamsuddin pada Kokam
Dia juga berpesan agar jangan pernah lelah berkiprah di Muhammadiyan dan masyarakat luas. “Lakukan kerja nyata. Dan bukti Muhammadiyah Tulungagung melakukan kerja nyata jika berhasil menjadikan Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) menjadi Universitas Muhammadiyah Tulungagung,” harap Din Syamsuddin.
Suasana pengajian yang agak gerah—banyak jamaah yang kipas-kipas dengan kertas—tidak menyurutkan semangat jamaah mendengarkan ceramah Din Syamsuddin. Buktinya tidak ada jamaah yang keluar dari gedung GOR yang padat.
Di sela ceramahnya Din Syamsuddin menyisipkan candaan kepada Kokam. Dia bercerita jikadia pernah berceramah dikawal Kokam dan baru setengah jam ada suara gedebuk. Ternyata ada yang pingsan.
“Kokam harus kuat fisik dan iman. Agar kuat menghadapi hidup dan tidak pingsan saat mengawal pembicara,” kata Din Syamsuddin disambut tawa hadirin. (*)
Penulis Muslih Marju. Editor Mohammad Nurfatoni.