PWMU.CO – Karakter warga Muhammadiyah menurut Ketua PDM Lamongan: cinta persaudaraan tidak suka permusuhan. Memperbanyak kawan, merangkul lawan.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Drs Shodikin MPd, dalam Pengajian Rutin Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Modo, Lamongan, Jawa Timur, Sabtu, 11/1/2020).
“Muhammadiyah beramal untuk perdamaian dan kesejahteraan. Bukan untuk pamer. Karena kasih sayang, kecintaan kepada sesama saudara. Tidak pandang status sosial dan agama,” tandas mantan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Modo, Lamongan ini.
Shodikin menambahkan ciri lain seorang loyalis gerakan adalah bersikap lapang dada dan mudah memaafkan. “Tidak pantas memendam amarah, karena akan menyakiti diri sendiri,” tuturnya.
Karena itu Shodikin berpesan agar sesama anggota memperkuat ukhuwah dan menghindari perpecahan di dalam, agar kekuatan Muhammadiyah terjaga.
“Dengan pihak luar juga menjaga persaudaraan. Jangan pertajam perbedaan-perbedaan kecil. Cari kesamaan,” tegas pria kelahiran Dusun Sumberwungu, Desa Kedungpengaron, Kecamatan Modo ini.
Shodikin menceritakan pernah dikirimi setumpuk buku oleh keluarga salah satu tokoh Muhammadiyah di Modo, setelah beberapa pekan meninggal. “Ini membuktikan bahwa anggota, apalagi pimpinan, harus mencintai ilmu, suka membaca,” ungkapnya.
Sebanyak 500 jamaah pengajian memadati Masjid Baiturrohman Kedungwaras hingga di pelataran masjid, bahkan aula lantai dua juga penuh. Usai acara dilanjutkan shalat Ashar berjamaah.
Swadaya Pembangunan Masjid Baiturrohman
Sebelumnya, Ketua PRM Kedungwaras Suyanto melaporkan perkembangan pembangunan Masjid Baiturrohman.
Menurutnya, keterbatasan ekonomi tisak menghalangi warga Muhammadiyah Kedungwaras, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, membangun masid tersebut.
Meski rata-rata penghasilannya di bawah standar tapi semangat berinfak mereka cukup tinggi. Masjid dengan biaya pembangunan miliaran rupiah itu pun bisa mereka dirikan.
“Pada tahap satu menghabiskan dana Rp 1,5 miliar. Sebanyak 60 persen swadaya anggota Muhammadiyah. Selebihnya dari sumber lain,” ungkap Suyanto.
Dia mengungkapkan rahasia keberhasilan menyelesaikan pembangunan tahap awal ini. “Kami meluncurkan program 3S, yaitu ‘Sehari Seribu Saja’. Sebanyak 130 kepala keluarga kami titipi kaleng infak. Setiap tanggal 1 ada petugas yang mengambil,” kata Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kedungwaras ini.
“Ternyata hasilnya mengejutkan, tiap bulan terkumpul Rp 4 juta. Tanggungan hutang kubah sebesar Rp 70 juta, akhirnya lunas dalam waktu enam bulan,” ungkap Wakil Sekretaris PCM Modo ini. (*)
Penulis Mohamad Su’ud. Editor Mohammad Nurfatoni.