PWMU.CO – Berbakti pada orangtua salah satunya bisa dengan cara memberi kabar kepada mereka. Sekecil apapun kabar itu. Apalagi kabar penting.
Koordinator Kelas VI SD Muhammadiyah GKB 2 Gresik (Berlian School) Muhammad Hariyadi MPdI menyampaikan hal itu pada Kuliah Subuh di arena Rapat Kerja (Raker) Program Sekolah Tahun 2020, di Villa Insani Batu, Ahad (12/1/20).
Sebelum membahas materi inti, Guru Al Islam ini mengajak jamaah untuk membayangkan dan menghadirkan wajah orangtua di hati masing-masing peserta.
“Coba bayangkan bagaimana ibu kita yang dulu sembilan bulan mengandung kemudian mendidik kita sampai kita jadi orangtua,” ajaknya.
Menurutnya setiap orangtua pasti tersenyum ketika melihat anaknya dalam keberhasilan dan kesuksesan. “Ingatlah wajah mereka ketika kita bisa berjalan untuk pertama kalinya,” ucapnya.
Pria kelahiran Gresik 29 tahun silam ini menjelaskan, orangtua tidak butuh harta benda yang kita miliki.
Bahkan ketika orangtua sakit mereka tidak akan memberitahukan keadaannya kepada kita. Hal itu mereka lakukan supaya kita tidak merasa sedih dan khawatir.
“Tapi ketika kita sakit dan kita tidak mengabarkan keadaan kita kepada mereka, mereka akan marah kepada kita. Pasti mereka marah, kalau ada apa-apa kita tidak bilang kepada mereka,” tandasnya.
Kegelisahan Orangtua
Muhammad Hariyadi menjelaskan, hati orangtua pasti akan merasakan gelisah, mereka pasti tahu kalau ada sesuatu hal terjadi dengan diri kita.
“Ada apa dengan anak saya? Ada apa dengan anak saya? Kenapa hati saya gelisah seperti ini?” kata Muhammad Hariyadi memeragakan kegelisahan hati orangtua kepada anaknya.
Di akhir kultum, ayah satu anak ini berpesan kepada jamaah agar kita selalu bisa berbakti kepada orangtua jika orangtua kita masih hidup.
“Ketika mereka sudah menua, harapan besar kita bisa merawat orangtua kita dengan baik. Kalau kita tidak bisa merawat, minimal kita berada di sampingnya saat mereka sakaratul maut,” katanya.
Kultum ditutup dengan doa untuk memohonkan ampun atas dosa kedua orangtua, serta dosa kita karena membuat orangtua khawatir, cemas, dan sedih. Juga doa memohon keselamatan atas diri dan orangtua kita di dunia dan di akhirat. (*)
Penulis Ahmad Nasafi. Editor Mohammad Nurfatoni.