PWMU.CO – Doa Nabi Zakaria yang diabadikan Alquran berisi kekhawatirannya bila generasi yang akan menggantikannya nanti berlaku buruk terhadap manusia.
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan Drs H Muntholib Sukandar menyampaikan hal itu di hadapan 80 peserta Pelatihan Kepemimpinan Perempuan Berkemajuan yang digelar Majelis Kader PDA Lamongan di Kampus II SMK Muhammadiyah 5 Babat, Sabtu-Ahad (11-12/1/20).
Dalam pengajian iftitah, Muntholib Sukandar mengupas Surat Maryam Ayat 1-6 tentang alasan ketakutan Zakaria bila orang-orang yang menggantikannya nanti akan berlaku buruk terhadap manusia.
Maka ia memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi nabi sesudahnya, untuk memimpin mereka dengan wahyu yang diturunkan kepadanya.
“Sesungguhnya dalam hal ini Zakaria tidak mengkhawatirkan siapa yang bakal mewarisi harta peninggalannya,” jelas Muntholib Sukandar.
Karena, sambung dia, kenabian merupakan kedudukan yang paling besar dan paling mulia tingkatannya dibandingkan dengan kekhawatirannya akan pewaris dari darah dagingnya terhadap harta peninggalannya.
“Dan ia berkeinginan agar kenabiannya itu diwarisi oleh ahli waris ‘asabah-nya. Untuk itu ia memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang putra yang kelak akan mewarisi kenabiannya,” terang dia.
Muntholib Sukandar menambahkan, tiada suatu kisah pun yang menyebutkan bahwa Zakaria mempunyai harta, bahkan dia adalah seorang tukang kayu, yang makan dari hasil keringatnya sendiri.
“Orang yang bermatapencaharian seperti itu tidaklah banyak memiliki harta, terlebih lagi seorang nabi. Karena sesungguhnya para nabi adalah orang yang paling berzuhud terhadap duniawi,” urainya.
Muntholib Sukandar lalu mengutip Khalil Ghibran, penyair Libanon yang menulis anakmu bukanlah anakmu. Dia adalah anak zaman yang rindu akan dirinya sendiri. Meski mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu.
Muntholib Sukandar juga mengutip perkataan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA, “Didiklah anak-anakmu yang akan hidup di bukan zamanmu.”
Makna Nama Aisyiyah
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Lamongan Dra Hj Sumu Zanarofah MAg pada sambutannya menjelaskan mengapa nama Aisyah yang diambil untuk organisasi perempuan Muhammadiyah?
Menurutnya, nama Aisyiyah diambil dari nama istri Nabi Muhammad SAW yang memilik beberapa keistimewaan. Yaitu cerdas yang ditandai dengan banyaknya hadits yang diriwayatkan.
“Beliau juga pemberani terutama dalam Perang Siffin dan dermawan yang ditandai dengan rasa kepedulian yang tinggi dan juga rasa kasih sayangnya,” ungkapnya.
Penulis M Faried Achiyani. Editor Mohammad Nurfatoni.