PWMU.CO – Islam Wasathiyah yang dianut Muhammadiyah memiliki 8 kriteria. Seperti dijelaskan Ketua CMA Majelis Tabligh PDA Gresik Hj Nurfadlilah SPdi.
Nurfadlilah menyampaikan hal itu dalam Pertemuan Rutin Ke-5 Corp Muballighat Aisyiah (CMA), di SD Muhammdiyah 2 GKB, Gresik, Ahad (12/1/20).
Kali ini Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiah (PDA) Kabupaten Gresik menunjuk Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) GKB sebagai panitia lokal.
“Islam sekarang lagi diuji. Islam lagi dipinggirkan, dipojokkan. Maka Muhammadiyah ingin menjadi Islam wasathiyah. Yakni Islam tengah-tengah, tidak minggir ke kiri dan ke kanan. Artinya, adil, benar, pertengahan. Yang tetap mengkaji Alquran dan Assunah dengan akal difungsikan sesuai kebutuhan,” urai Nurfadlilah.
Sehingga, lanjutnya, diputuskan Muhammadiyah menjalankan Islam wasathiyah (tengahan). Menjadikan Islam kedamaian di seluruh nusantara khususnya dan untuk dunia pada umumnya.
Delapan Kriteria Islam Wasathiyah
Nurfadlilah menjabarkan delapan kriteria Islam Wasathiyah yang danut Muhammadiyah. Pertama Attawassuth, yakni posisi di jalur tengah dan lurus. “Wes gak noleh-noleh kiri kanan. Apa yang sudah diajarkan di Muhammadiyah itulah yang kita pakai dan dikerjakan,” ujar dia.
Menurut dia, attawassuth ini dikuatkan dalam Surat Albaqarah Ayat 143. “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Kedua, ali’tidal artinya berperilaku proporsional, adil, dan bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan. “Kita bisa berbuat adil. Adil terhadap diri kita, keluarga kita, dan sekitar,” jelasnya sambil mengutip Surat Almaidah Ayat 8.
“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Bertoleransi atas Perbedaan
Ketiga, attasamuh. Yaitu mengakui jika ada perbedaan dengan orang atau dengan golongan lain, senantiasa menghargainya. Bertoleransi, bertenggang rasa, dan berlapang dada dalam semua aspek kehidupan.
“Jika beda agama, lakum diinukum waliyadin. (bagimu agamamu dan bagiku agamaku) Kalau sesama Muslim lanaa a’malunaa walakum a’maalakum, (bagiku perbuatanku dan bagi kamu perbuatanmu),” ujarnya sambil mengutip Surat Ali Imran Ayat 19.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Alkitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Keempat, assyurah yaitu bermusyawarah. yakni bersandar pada konsultasi yang menyelasaikan masalah. “Lewat musyawarah suatu masalah bisa menjadikan indah bisa bersilaturrahim dan bisa menyatukan perbedaan menjadi keputusan bersama,” terang Nurfadlilah.
Dia mendasarinya dari Surah Asysyura Ayat 38: “Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shoaat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antarmereka, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Kelima, alislah, damai. “Kita sebagai Aisyiah harus bisa terjun untuk mendamaikan umat yang sedang berselisih. Terlibat dalam tindakan yang reformatif dan konstruktif untuk kebaikan bersama,” jelas dia.
Seperti yang dijelaskan dalam Surat Yunus Ayat 26: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
Alqudwah, Almuwattanah, dan Attawazun
Keenam, alqudwah. Melahirkan inisiatif yang mulia dan memimpin untuk kesejahteraan manusia. “Sebagai Aisyiah dan Muhammadiyah harus bisa menjadi inisiator yang menghubungkan dan sebagai pelaku untuk memuliakan dan mensejahterakan manusia,” terang ibu dengan dua anak dan enam cucu ini.
Ketujuh, almuwatanah menjalin negara, bangsa, dan menghormati kewarganegaraan. “Dalam Surat Al Hujurat Ayat 10 dijelaskan, ‘Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.’,” ucapnya.
Kedelapan, attawazun artinya seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Alquran dan Alhadits).
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan,” ucapnya membaca Surat Alhadid Ayat 25.
Untuk Disampaikan Umat
Nurfadlilah berharap kepada semua Ketua Majelis Tabligh dan Ketua CMA di masing-masing PCA untuk berdakwah amar makruf nahi mungkar.
“Hari ini peserta mendapatkan oleh-oleh selanjutnya disampaikan ke masing-masing PRA (Pimpinan Ranting Aisyiyah) sebagaai oleh-oleh sehingga dakwah kita tidak berhenti sampai di sini,” pesanya.
Nurfadlilah mengatakan, materi yang dia sampaikan juga oleh-oleh dari Pertemuan Rutin Ke-9 CMA yang digelar Majelis Tabligh PWA Jawa Timur 24 Nopember 2019 lalu di Lamongan.
“Di Lamongan itu Pak Nadjib Hamid menjelaskan bahwa peran mubalighat Aisyiyah sebagai kepanjangan tangan atau penyambung lidah dakwah Muhammadiyah sangatlah strategis, mengingat mayoritas umat dakwah adalah kaum wanita.”
Maka, tambahnya, pertemuan yang diadakan setiap empat bulan sekali ini semoga mampu menggerakkan anggota untuk mengikuti kegiatan seperti ini.
“Banyak ilmu yang akan didapat. Terutama untuk Ketua Majelis Tabligh dan Ketua CMA yang ada di Cabang bisa hadir dan tentunya sudah mempunyai keahlian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, karena nantinya akan disampaikan ke PRA di masing-masing PCA,” pesan dia. (*)
Penulis Ian Ianah. Editor Mohammad Nurfatoni.