PWMU.CO–Robotika menjadi ekstrakurikuler baru di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 04 Plus Moropelang Babat Lamongan. Kegiatan keterampilan ini mulai disosialisasi kepada para siswa, Senin (13/1/2020).
Kegiatan ekstrakurikuler ini bekerja sama dengan tim Creative Zone. Tampaknya menggugah antusias siswa-siswi MIM Moropelang ini. Mereka memenuhi masjid sekolah yang dipakai untuk praktik.
Vira Rahayu, pendamping ekstrakurikuler mengatakan, siswa-siswi harus disiapkan mengenal teknologi untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. “Untuk itu, insya Allah kami menjadikan Robotika salah satu ekstrakurikuler wajib di madrasah ini,” ujar guru muda ini.
Sebelumnya madrasah ini punya ekstrakurikuler tahfidh Alquran. Dengan demikian, sambung dia, madrasah punya unggulan siswa cerdas penghafal Alquran juga menguasai teknologi. ”Inilah kader Muhammadiyah yang siap menghadapi kompetisi global,” tambahnya.
Sementara Jafis, salah satu siswa MIM 04, begitu antusias mengikuti acara dengan selama dua jam itu. Dia begitu terkesan ketika diajarkan pembuatan robot dan cara menjalankan. “Saya sangat senang, besok ingin buat robot yang bisa mengaji bersama-sama,” ujarnya.
Drumband dan Studi Banding
Ekstrakurikuler yang juga banyak peminatnya adalah drumband. Grup marching band madrasah ini sering tampil mengisi acara Muhammadiyah maupun ikut lomba.
Bahkan Pelatihan Pelatih Drumband pernah diadakan di Aula MIM 04. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Lembaga Seni Budaya dan Olahraga dibuat khusus untuk peserta dari Amal Usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan se PCM Babat.
Pelatihan ini menghadirkan pemateri dari Pengurus Besar Persatuan Drumband Indonesia Agus Jamhari. ”Pelatihan ini adalah bagian dari kepedulian LSBO terhadap lembaga pendidikan di Cabang Muhammadiyah Babat yang mempunyai peralatan drumband tetapi belum mempunyai pelatih dari internal lembaga itu sendiri, sehingga tidak harus mengambil pelatih dari luar,” kata Muhammad Faisol, Koordinator LSBO PCM Babat.
Rencana Tindak Lanjut (RTL), sambung dia, tetap dilaksanakan kurang lebih dua atau tiga bulan selanjutnya untuk mengetahui perkembangan sudah sejauh mana ilmu yang sudah diterapkan.
Pelatihan ini dinilai bagus oleh para pelatih. ”Mudah-mudahan kami bisa segera mempraktikkan di lembaga kami, sehingga nantinya kami tidak bergantung kepada pelatih dari luar,” ungkap Haryati peserta pelatihan dari MIM 03 Pucakwangi.
Kepala MIM 1 Gading Mida Maghfiroh juga pernah ikut studi banding beberapa sekolah unggul untuk memajukan madrasahnya. Terutama usaha untuk meningkatkan jumlah siswa baru. Misalnya studi banding ke MIM Daging Klaten Jawa Tengah.
Dia mengatakan untuk mendapatkan siswa yang banyak harus ada jaminan mutu dari sekolah. Seperti MIM Gading jumlah siswanya mencapai 650 anak. (*)
Penulis Eko Hijrahyanto Erkasi Editor Sugeng Purwanto