PWMU.CO–Pahala dan surga menurut sudut pandang Ustadz Dr Zain Farhan Shoddiq Lc ini bisa menjadi kajian. Diterangkan, orang masuk surga bukan semata yang berpahala banyak tapi orang berdosa yang mendapat kifarat atau penghapus dosa.
Uraiannya itu disampaikan Dr Zain Farhan Shoddiq Lc dalam kajian Ahad pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pare Kediri di halaman Klinik Muhammadiyah setempat, Ahad (12 /1/2020).
Ustdaz dari Garut ini menyarankan setiap perbuatan shalat, sedekah, menghadiri pengajian diniatkan mencari kifarat bukan berburu pahala. Kifarat bisa didapat jika dilakukan dengan istiqomah.
”Pengajian ini ke pengajian berikutnya, shalat kita hari ini dengan shalat berikutnya itu adalah kifarat, penghapus dosa di antara keduanya,” tutur ustadz lulusan Universitas Ummul Qura Makkah ini.
Fungsi Pahala dan Penghapus Dosa
Menurut dia, pahala itu sebuah motivasi. Janji Allah memberi pahala yang berlipat adalah sebuah dorongan yang kuat supaya kita lebih semangat.
”Konsep keselamatan siksa kubur itu terhapusnya dosa. Seorang mukmin bisa terhindar dari siksa neraka ketika dosa-dosanya terhapus,” tandasnya.
”Andaikata yang masuk surga adalah orang-orang yang banyak pahala, niscaya orang-orang kaya yang pertama masuk surga. Karena orang kaya paling banyak sedekahnya, orang kaya bisa membantu biaya sebuah pendidikan, dengan kekayaannya niscaya hanya orang-orang kaya yang memenuhi surga,” ujarnya.
Dikatakan, pahala bukan sebuah standar keselamatan. Tapi standarnya itu adalah terhapusnya dosa-dosa manusia. Buktinya ketika selesai shalat, yang diucapkan pertama اشتغفر الله العظيم astaghfirullahal azhim yang artinya aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung.
Disebutkan, dengan ucapan itu kita berharap dihapus dosa. Doakan untuk orangtua yang kita minta juga terhapusnya dosa. وارحمهما كما ربياني صغيرا اللهم اغفرلي ولوالدي
Allahummaghfirlii wa liwaalidayya warhamhummaa kamaa robbayaanii shoghiiraa
Artinya, ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan kedua orangtuaku, serta kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka mengasihi diriku di waktu aku kecil.
”Seandainya hari ini kita belum memiliki pahala, setidaknya usahakan nol dari dosa. Surga itu untuk orang yang terampuni yakni nol dari dosa. Bukan yang amalnya banyak, bukan yang memiliki pahala yang banyak,” tegasnya.
Dia menyampaikan, syarat nol dari dosa adalah minta ampun. Contoh, Nabi Adam tergelincir melanggar larangan Allah, kemudian bertaubat dan minta ampun.
Penghapus dosa lainnya, sambung Zain Farhan Sodiq, membaca Alquran, shalat berjamaah, shalat Duha, Tahajud dan salat-salat sunah yang lain. Juga menyantuni anak yatim, fakir miskin, sedekah. ”Perbuatan itu semua niatkan untuk menghapus dosa bukan mencari pahala,” katanya. (*)
Penulis Suparlan Editor Sugeng Purwanto