PWMU.CO – Roh Muhammadiyah itu pengajian. Bila tak ada pengajian maka tinggal jasadnya. “Kalau tinggal jasadnya, kita tidak bisa memberikan manfaat kepada orang lain.”
Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik Hj Muyasaroh mengatakan hal itu saat menyampaikan materi ‘Gerakan Perempuan Mengaji’ dalam Pertemuan Rutin Ke-5 Corp Mubalighat Aisyiyah Gresik, di SD Muhammadiyah 2 GKB, Ahad (12/1/20).
Dia menjelaskan, Gerakan Perempuan Mengaji merupakan program Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Aisyiyah hasil Tanwir I Aisyiyah di Surabaya. “Ini program revitalisasi pengajian sampai ke tingkat bawah (ranting),” ujarnya.
Jadi, sambungnya, Gerakan Perempuan Mengaji ini adalah gerakan keilmuan untuk mengintensifkan pembinaan akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah di kalangan warga Aisyiyah dan masyarakat pada umumnya.
“Gerakan ini dilakukan melalui pengajian, kajian, publikasi, dan media lainnya secara terprogram sesuai paham agama dalam Muhammadiyah, yakni Islam yang berkemajuan,” terang dia.
Lima Dasar Gerakan Perempuan Mengaji
Muyasaroh menjelaskan, landasan Gerakan Perempuan Mengaji memiliki lima landasa. Pertama adalah Alquran Surat Annahl Ayat 97. “Siapa yang berbuat amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dan dia adalah seorang mukmin, maka akan diberikan kehidupan yang baik.”
“Rumah tangga sakinah, anaknya shaleh shalehah, rezekinya lancar,” kata dia.
Landasan kedua adalah Surat Almujadilah Ayat 11. “Allah akan mengangkat beberapa derajat di antaramu bagi orang yang berilmu dan beriman.” Dia mengajak anggpta CMA jika berdakwah selalu riang, tidak emosi, dan tidak menuding.
Landasan ketiga adalah Surat Annahl Ayat 125. “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang baik.”
Menurut Muyasaroh, orientasi dakwah kita adalah pemberdayaan, pembebasan, dan kemajuan.
Landasan keempat yakni Surat Attaubah Ayat 122. Setelah membacakan ayat itu, Bu Muya, sapaannya, memberikan pertanyaan kepada peserta. “Jika ada kegiatan perempuan mengaji dan acara pembukaan milad, maka pilih yang mana?”
Dia pun menjawab pertanyaan itu. “Pilih yang perempuan mengaji, karena ada ayat tadi. Agar nanti ada yang menuntut ilmu, ada yang menasihati dan menyampaikan ilmu yang didapat,” jelasnya.
Landasan yang kelima adalah hadist Nabi SAW yang menjelaskan, barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya dengan ilmu tersebut, jalan menuju surga.
Berdakwah Tak Harus di Mimbar
Menurut Muyasaroh, berdakwah tidak harus berdiri di mimbar dan membawakan beberapa ayat. “Kita mengajarkan ilmu kepada anak didik kita juga berdakwah. Menasehati juga. Caranya ada di surat Annahl 125 tadi,” ujarnya.
Dia menegaskan, setiap pengajian harus mempunyai tema, yang diharapkan itu adalah keputusan dan Majelis Tarjih dan Tajdid, seperti Himpunan Putusan Tarjih (HPT).
Muyasaroh juga menelaskan, ketika menyampaikan sesuatu harus ada ayat dan hadistnya. Dasar yang disampaikan harus kuat, Alquran dan Assunah. “Dakwah kita juga harus menggembirakan, sehingga ilmu yang diserap bisa mudah.”
Menurutnya, sasaran Gerakan Perempuan Mengaji adalah semua anggota Aisyiyah, mulai dari pusat hingga ranting dan simpatisan.
“Selanjutnya komunitas khusus, seperti petani, nelayan, pedagang. Juga komunitas profesional seperti dosen, guru, dokter, jurnalis dan lainnya. Termasuk komunitas perempuan pengusaha atau sosialita dan masyarakat umum,” jelasnya.
Dia menegaskan, diharapkan dengan adanya Gerakan Perempuan Mengaji ini, kualitas akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah semakin meningkat, hidupnya forum-forum dan kajian ke-Islaman.
“Dan menguatkan komitmen pimpinan dan anggota dalam pengembangan dakwah untuk mencapai cita-cita perjuangan Aisyiyah,” terangnya. (*)
Penulis Anik Nur Asia Mas’ud. Editor Mohammad Nurfatoni.