PWMU.CO-Dr Saad Ibrahim, ketua PWM Jatim mengatakan, segala perbuatan kita akan menjadi bagian sejarah yang kita buat. Jika baik dan diikuti generasi berikutnya maka kita akan mendapat pahala sepanjang masa.
Hal itu dikatakan Saad Ibrahim ketika membuka Rapat Kerja Bersama di Hotel Kapal Garden Sengkaling Kota Malang, Sabtu (18/1/2020). Raker Bersama diikuti Majelis Pembina Kader, Lembaga Informasi dan Komunikasi, LPCR, dan Lembaga Kerjasama.
”Ya ayyuhalladina amanu lima taquluuna maa laa taf’alun. Segala sesuatu ada pertanggungjawaban ke atas ke samping juga ke bawah,” kata dosen UIN Malang ini.
Mengutip tulisan intelektual muslim dari Iran Dr Ali Syariati yang menulis buku sejarah masa depan umat Islam, Saad Ibrahim mengatakan, buku itu menegaskan, tidak ada keterputusan antara masa lalu dengan masa depan. Karena itu berlaku kontinuitas.
“Duduk di depan itu mindset the first, itu yang harus terus kita bangun,” lanjut pakar tafsir Alquran ini.
Menurut dia, dalam konteks kelembagaan, Muhammadiyah memiliki kriteria hijau, kuning, dan merah. “Masing-masing punya tanggung jawab untuk melaksanakan amanah yang telah diberikan secara sempurna. Termasuk membangun impian yang besar,” katanya.
Kisah Tamu di Rumahnya
Ia kemudian berkisah tentang kehadiran tamu di rumahnya. Mas Musawwir, ketua DPD IMM Jatim. Putra dari Makassar. Lulusan Pondok Pesantren Darul Arqom. Adik angkatan Dr Samsi Ali, imam Masjid New York.
Mas Musawwir kemudian bercerita, sambung Saad, setiap tahun ada reuni alumni di pesantren dengan tokoh utama Dr Samsi Ali. Pak Saad kemudian berharap reuni itu bisa dilaksanakan di UMM.
“Samsi Ali bisa membangun mindset bahwa tugas kita tidak hanya di Indonesia, tapi di dunia. Apa yang bisa diberikan dari Muhammadiyah kepada dunia, itu menjadi tugas kita,” harap Pak Saad.
Dia meminta Majelis Pembina Kader agar memikirkan perkaderan tidak hanya di Muhammadiyah tapi justru untuk dunia. “Suatu saat saya berharap Presiden Amerika itu dari Muhammadiyah,” katanya disambut tawa renyah peserta.
Saad Ibrahim juga meminta pimpinan Muhammadiyah mampu menyelesaikan persoalan internal di levelnya. Jangan semuanya dibawa ke PWM untuk menyelesaikan hubungan antarpersonal pimpinan yang tidak cocok. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto