PWMU.CO-Menjadi orang Muhammadiyah itu gampang. Ini pengalaman Ketua Lembaga Kerjasama PWM Jatim Prof Dr Syamsul Arifin yang menjadi orang Muhammadiyah saat kuliah di IAIN Malang.
Dia kuliah di Fakultas Tarbiyah 1986-1991. Tertarik Muhammadiyah jelang akhir studi setelah membaca buku Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib. Pernah menjadi anggota Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah tahun 2000-2004.
Dia berasal dari Sampang. Asli Madura dengan segala tradisi dan ritualnya. Ketika menjadi “mualaf” Muhammadiyah tradisi dan ritualnya langsung berubah. Justru ia merasakan enak selama masuk cara hidup Muhammadiyah ini.
“Tidak ada baiat agar menjadi anggota Muhammadiyah. Cukup mengurangi jumlah rakaat tarawih, cukup pindah shalat Id ke lapangan,” selorohnya disambut tawa peserta Rapat Kerja Bersama di Hotel Kapal Sengkaling, Sabtu (18/1/2020).
Pengalaman unik juga dialami saat menikahkan anaknya. Oleh saudaranya yang dari Sampang diprotes gara-gara tidak ada kirim doa sapu jagat waktu syukuran. Hanya doa ringkas biasa ala Muhammadiyah. “Tak asyik, masa selamatan gak pakai kirim doa sapu jagat. Ya gak makbul,” tuturnya dengan dialek Madura menirukan ucapan saudaranya.
Soal Pawang Hujan
Tidak hanya soal selamatan yang diprotes. Juga soal pawang hujan. Karena mengadakan acara mantu di musim hujan, saudara-saudaranya dari Madura menyarankan mengundang pawang agar acara lancar.
Dia abaikan saran itu. ”Tapi saya selalu berdoa, ya Allah jangan hujan,” cerita Wakil Rektor I UMM ini. Ternyata selama tiga hari benar-benar tidak turun hujan. Saudara-saudaranya pada bingung dan heran.
”Mereka semua pada bertanya pakai pawang mana kok hujan bisa gak turun,” ujar Syamsul menceritakan pertanyaan saudaranya.
”Langsung saya jawab, tidak usah pakai pawang, saya pakai cara Muhammadiyah,” tandasnya sambil berkata dalam hati inilah kesempatan menunjukkan bahwa orang Muhammadiyah juga sakti.
Mereka makin penasaran. Lalu bertanya, bagaimana cara Muhammadiyah itu? “Wah itu gampang, menjadi orang Muhammadiyah dulu baru tahu rahasianya,” jawabnya pendek.
Dia bercerita lagi, Muhammadiyah itu dirindukan di mana saja, termasuk di luar negeri. “Pengalaman saya ketika ke Perth, Australia. Saya diminta khotbah. Saya minta ke takmir saat diperkenalkan sebutkan saya dari Muhammadiyah. Begitu dikenalkan saya dari Universitas Muhammadiyah, semua semangat untuk mengikuti khotbah orang Muhammadiyah,” paparnya. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto