PWMU.CO – Duka mendalam terlihat di area Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, pada hari ini (22/7). Sejak beredarnya kabar kewafatan Mughnijah binti Makbul Thohir, istri mantan Rektor UNAIR 2006-2015 Prof Fasich, ribuan orang berdatangan ke kampus C Unair, Jl. Mulyorejo. Mereka berdatangan untuk berta’ziah, menshalatkan, dan melepas sosok ibu yang dikenal penyabar dan sederhana itu. Shalat jenazah sendiri dilaksanakan setelah shalat Jum’at.
Bertempat di Majid Ulul Azmi di kampus yang sama, mereka dengan khusyuk menshalatkan jenazah almuarhumah Mughnijah. Diimami oleh Mantan Rektor Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya yang juga mantan Menteri Pendidikan Nasional, Prof M. Nuh, Rektor UNAIR Prof Mohammad Nasih memberi sambutan pelepasan. “Mendampingi Profesor Fasish selama 41 tahun, Ibu kita ini memberi contoh support yang terbaik dalam mendampingi suami,” demikian kata Nasih dalam sesi sebelum shalat jenazah.
(Baca: Mughnijah, Istri Prof Fasich Meninggal Dunia dan Isak Tangis di UNAIR Iringi Jenazah Istri Prof Fasich ke Rumah Duka)
Termasuk, tambah Nasih, adalah ketika almarhumah Mughnijah mendampingi Prof Fasih dalam dunia pendidikan. “Khususnya di Unair, jasa beliau tidak bisa dipungkiri lagi,” katanya. Berbagai support yang diberikan dalam mendampingi suami untuk membesarkan UNAIR, tambahnya, sebagaimana janji Nabi Muhammad, merupakan jalan menuju surga. “Barang siapa yang mempermudah jalan ilmu akan mendapat balasan surga.”
“Sangat banyak hal yang dilakukan beliau. Semoga semua kebaikan itu, beliau diterima di sisi Allah. Jika ada khilaf maka mari kita maafkan,” ajak Nasih. “Kita saksikan Ibu adalah istri yang shalehah. Istri yang baik. Mari kita antarkan beliau dengan kesaksian bahwa beliau adalah hamba yang baik. Kita doakan beliau dengan mengikuti shalat jenazah,” tambahnya.
(Baca: Fasich: Jangan Biarkan Ibumu Berjuang Sendiri dan Air Mata Pakde Karwo untuk Prof Dr Fasich)
Tak lupa, Nasih juga minta kesaksian jamaah shalat jenazah tentang kebaikan almarhumah selama hidup. “Bapak-bapak, bukankah Bu Mughnijah selama hidup adalah wanita dan istri shalehah?” tanyanya yang diamini jamaah secara bersamaan.
Tak lupa, rektor ini juga menyampaikan jika ada jamaah yang punya sangkut paut hutang-piutang dengan almarhum, agar menghubungi dirinya maupun keluarga. “Doakan pula agar keluarga yang ditinggalkan, Pak Fasich sekeluarga diberi kesabaran dan ketabahan,” pinta pengganti Fasich sebagai Rektor UNAIR itu.
(Baca: Soal Fasich, PWM Minta Warga Muhammadiyah Menahan Diri dan 70 Tahun Wafatnya KH Mas Mansur)
Selain 2 rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN), ikut shalat jenazah pula rector Universitas Muhammadiyah Surabaya DR dr Sukadiono dan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Prof Achmad Jainuri. Juga ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, DR M. Saad Ibrahim. Mereka ikut bersama-sama dengan umat Islam yang berdatangan dari berbagai daerah untuk melepas dan menyaksikan keba(j)ikan istri dari Ketua PWM Jatim 2000-2005 itu. Mereka memenuhi lantai 1 dan 2 masjid Ulul Azmi.
Selepas dishalatkan di Masjid Ulul Azmi Unair, jenazah dibawa ke rumah duka di Jalan Pucang Asri III/14 Surabaya. Untuk kali kesekian jenazah dishalatkan lagi, kali ini di Masjid Kampung Pucangasri. Ketua PWM Jatim Dr M Saad Ibrahim memberi sambutan pelepasan jenazah. Setelah prosesi ini, jenazah diberangkatkan ke tempat pemakaman keluarga di Perumahan Mangunan, Sepanjang, Sidoarjo.
Jalinan rumah tangga Fasish dan Mughnijah terjadi pada tahun 1975, setahun sebelum Fasich lulus dari Fakultas Farmasi UNAIR. Dari pernikahan itu, dikaruniai empat anak; A. Chusnu Ramdhani, Nur Rahmah, Muhammad Yasir, dan Nur Hidayati. (nurfatoni)